Lima Kesalahan Umum Seorang Penulis dan Cara Memperbaikinya

💖 Belajar Menulis Novel bersama Shireishou.

Bisa kelas teori, kelas asistensi, atau kelas privat.

Silakan WA: 0812-12-707-424 atau klik: LINK

💖💜💖

Ada banyak hal yang bisa kita pelajari sebagai penulis. Akan tetapi, tidak sedikit penulis yang enggan mengembangkan diri menjadi lebih baik. Entah atas alasan malas atau sudah merasa paling  canggih dalam tulis-menulis. Akibatnya, kemampuan menulisnya mandek dan tidak berkembang lagi. Eksekusi ceritanya begitu-begitu saja dan monoton.

Setelah beberapa waktu, Shirei sering menerima curhatan juga menemukan pola saat memeriksa novel murid mentoring novel privat. Di situ Shirei menemukan.

Lima Kesalahan Umum Seorang Penulis dan Cara Memperbaikinya

Tentu saja, tidak semua penulis mau mengakui memiliki kelemahan. Kebanyakan yang enggan belajar itu, justru tidak sadar memiliki kelemahan diri. Jujur saja, memahami kelemahan diri lebih sulit dibandingkan mendapat masukan dari orang lain. Akan tetapi, hal ini tidaklah mustahil.

Karena itu, buat kamu yang mau berkembang dengan baik, yuk mulai evaluasi kelemahan tulisan sendiri. Shirei pun sering melakukan ini karena jujur aja, Shirei masih jauh banget dari standar ‘bagus’ yang Shirei kejar.

Jadi, kali ini Shirei bikin artikel tentang Lima Kesalahan Umum Seorang Penulis dan Cara Memperbaikinya

Semoga saja kita bisa sama-sama menggali dan berkembang lebih baik lagi!

BACA JUGA :  Tips Riset Menulis Novel

Cara Menjadi Penulis yang lebih baik

Sebelumnya, kita harus mengosongkan isi kepala. Karena paling berat saat mengoreksi diri sendiri adalah perasaan bahwa semua yang kita kerjakan sudah sangat baik. Juga perasaan malu karena kita punya kelemahan yang mungkin sudah dilihat pembaca.

Singkirkan semua rasa jengah agar kita bisa menulis dengan lebih baik.

Lima Kesalahan Umum Seorang Penulis dan Cara Memperbaikinya

1. Tidak Mau Revisi

Tidak ada tulisan yang sekali jadi. Semua pasti butuh REVISI. Dan meski tampak membosankan, proses ini harus dilalui oleh kita sebagai penulis. Lakukan Revisi dulu, baru diedit. Jangan menggabungkan kedua proses bersamaan. Nanti kepala pusing dan malah tidak fokus.

Eh? Bedanya apa?

Ini dia bedanya.

Kalau bingung, langsung tanya aja di kolom komentar, ya!

Beda Edit dan Revisi

 

2. Kurang Fokus

Premis tidak kuat hingga kisah pun melenceng ke mana-mana. Cara membuat premis bisa dibaca di Cara Membuat Premis Novel

Misal, tentang seorang Pembunuh Bayaran yang ingin bertobat jatuh cinta pada seorang penjahit tetangganya yang ternyata korban rudapaksa rnam orang. Namun, di tengah kisah melebar tentang konflik di tempat kerja si mantan pembunuh, lalu membahas soal pekerjaan jahitnya, dll. Memang terlihat ‘nyambung’, tapi sebenarnya melenceng.

BACA JUGA :  Cara Menulis Kata Ganti Kepemilikan Ku- kau- -ku -mu -nya

Apa pun tipe menulis kita, baik plotter maupun pantser, pastikan premisnya kuat dulu.

Lihat bagaimana Shirei membuat cerita Asa dan Gara tetap fokus pada track-nya, meski tampaknya tetap harus ada revisi besar untuk memperbanyak perjuangan Gara lepas dari masa lalunya sebelum mendapatkan Asa.

3. Kalimat Tidak Efektif dan berputar-putar

Kalau bermain di platform premium, pasti sudah tidak asing dengan ‘dibayar berdasarkan banyaknya jumlah kata‘. Hal ini mengakibatkan tulisan jadi melebar tidak karuan.

Misal penyebutan warna mata berulang-ulang. Penyebutan pakaian di satu scene yang sama berkali-kali, dll.

Sebenarnya, kalau menulisnya sistem kebut-kebutan, maka akan sulit sekali menghindari pemborosan kata ini karena tidak adanya waktu untuk mengedit. Namun, jika untuk buku cetak, ada baiknya untuk membaca ulang dan melakukan editing yang diperlukan.

Bersabarlah untuk membaca ulang karya kita dari awal.

4. Terlalu terpengaruh Pembaca

Saat kita sudah menentukan pasangan cerita kita, misal A dengan B dan bukan dengan C, lalu banyak pembaca protes. Kita akhirnya berubah ke C. Padahal tidak ada hint-hint kalau C tuh bakalan jadi sama A. Bisa jadi malah plot hole.

BACA JUGA :  Tips Membuat Judul Novel Platfom dan Buku Cetak

Atau ada penulis yang tiap pembaca marah-marah dan menuntut plot sesuai keinginan mereka, penulis pun ikutan. Akibatnya, plot hole bisa terjadi di mana-mana.

Ayo angkat kepala! Jangan mau diatur pembaca jika kita sudah punya rencana matang dengan cerita kita.

Kalau mau mengambil ide pembaca, harus dipastikan baik-baik semua sudah ‘mulus’ dan tidak akan menimbulkan kesalahan.

5. Berhenti Sebelum Selesai

Jangan tergoda menulis cerita baru kalau cerita lama belum selesai. Karena, biasanya meski cerita baru terlihat lebih indah, tapi akan berhenti jika tiba-tiba kita menemukan ide baru lagi.

Tulis saja premis kasar. kalau belum puas, bikin juga covernya lalu simpan di draft. Yang penting ‘lega’ dulu. Untuk Tips Mendesain Cover bisa dibaca di sini

—-

Nah, itu kesalahan umum yang cukup sering Shirei temui dan bahkan juga Shirei miliki.

Teman-teman biasa kena yang mana?

Shirei nomor 2. Ahahaha Romance selalu kebawa gelut. lol

Semoga artikel Lima Kesalahan Umum Seorang Penulis dan Cara Memperbaikinya ini membantu, ya!

Jangan ragu untuk drop komen kalau ada yang mengganjal. Kalau ada notifnya, InsyaAllah Shirei coba balas. Sampai jumpaaa….

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Maaf, tidak diperkenankan klik kanan. Tautan akan terbuka langsung ke halaman baru.
Scroll to Top