5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan

Mau belajar menulis novel 2025-2026?
Buka mentoring menulis novel, baik umum, asistensi sinopsis, dan privat.
Langsung Whatsapp 081212707424 untuk info lebih lanjut.
BACA JUGA :  Cara Mengatasi Writer's Block

5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan

Shirei entah kenapa justru sangat amat suka menulis adegan pertarungan. Rasanya kalau adegannya bertarung tuh, Shirei bisa mengerjakannya dengan sangat cepat. Sementara kalau adegan romansa atau yang baper-baper, Shirei cenderung lambat banget.

Adegan tarung bagi Shirei selalu jadi salah satu momen paling memacu adrenalin dalam novel. Entah itu duel satu lawan satu atau keroyokan. Tiap pukulan dan tendangan harus terasa nyata di pikiran pembaca. Apa harus memakai sistem Show don’t tell? Belum tentu. Nanti kita bahas pelan-pelan.

Berikut 5 cara praktis untuk menulis adegan aksi, termasuk situasi ketika tokoh utama dikeroyok, supaya setiap adegan laga terasa realistis dan penting.

5 Cara Menulis Adegan Aksi Termasuk Berantem Keroyokan


5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan

Dalam bagian ini kita akan membongkar langkah demi langkah bagaimana menulis 5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan dari persiapan koreografi hingga editing akhir. Inilah struktur sederhana sebuah pertarungan.

 

1. Merancang Tujuan Dasar Pertarungan

Sebelum menulis, tetapkan tujuan pertarungan agar adegan tidak terasa acak dan random. Antara defensif dengan ofensif saja sudah beda cara, lho!

  1. Tentukan Stakes dan Tujuan
    • Apa yang dipertaruhkan? Nyawa, harga diri, rahasia?
    • Contoh: “A harus menerobos kepungan musuh dan tetap hidup. Hanya tetap hidup. Bukan mengalahkan musuh.”
  2. Petakan Gerakan Utama
    • Catat, kira-kira apa saja yang harus Hero lakukan untuk tetap hidup?
    • Tandai “checkpoint” aksi: lemparan senjata, serangan kilat, pertahanan, dan finishing move.
  3. Gunakan Gambar Sederhana
    • Gambar kotak arena tarung, tandai zona serangan dan area perlindungan.
    • Ini membantu menjaga kejelasan saat tokoh bertukar posisi. Khususnya jika lawannya benar-benar banyak.
BACA JUGA :  Tutorial Membuat Wordpress dengan Domain Sendiri

2. Mengatur Pacing dan Ritme

Pacing menentukan kecepatan cerita dan sensasi napas pembaca.

  • Variasikan Kalimat
    • Kalimat pendek (1–5 kata) untuk serangan cepat:
      “Tinju menghantam.”
    • Kalimat menengah (10–15 kata) untuk jeda naratif:
      “A terhuyung mundur, merasakan cairan hangat mengalir di keningnya.”
  • Sisipkan Perasaan
    • Beri jeda “emotional beat” setelah beberapa serangan:
      “Alf mencoba bangkit. Nyeri langsung terasa menyerang dada. Hantaman tadi mungkin mematahkan dua tulang rusuknya. Berengsek!”
      Sample: Deliverance – Dimensional FugitiveBisa dikatakan, kita tidak perlu selalu Show don’t tell. Justru terlalu ‘show’ akan membuat cerita menjadi lambat.

3. Menggunakan Panca Indra

Adegan laga bukan sekadar visual. Tambahkan indra:

  • Suara: “Debam, desah napas, gemuruh sepatu menyapu tanah.”
  • Sentuhan: “Getar nyeri menjalar hingga tulang rusuk.”
  • Aroma: “Bau amis darah bercampur peluh yang membanjiri tubuh.”
  • Rasa: “Ia benar-benar marah tak satu pun serangannya bisa mengenai Pimpinan.
  • Penglihatan: “Rumput-rumput yang menahan tubuhnya tercabut menyisakan jalur panjang akibat gesekan.

Dan gimana cara untuk menemukan visual aksi? Shirei biasanya ngumpulin dari video film / series / video bela diri. Tergantung kebutuhan.  Meskipun saat ini Shirei nggak nulis cerita aksi, Beta Reader Shirei juga sering memberikan video-video aksi.  Buat simpenan kapan-kapan. Eheheheh

BACA JUGA :  Tips Riset Menulis Novel

cara membuat novel aksi pertarungan tangan kosong

Sample: Good Boy

4. Aksi Perkelahian Keroyokan

Menulis adegan pertarungan keroyokan memerlukan struktur dan fokus.

Fokus Karakter
  • Batasi Pelaku Utama
    Idealnya 3–4 karakter: tokoh utama, lawan utama, dua pendukung. Di luar itu, 1 Hero dengan ratusan pengeroyok, tidak perlu dijabarkan dengan detail. Cukup semacam “X diserang dari berbagai sisi. Satu pukulan menghantam pelipisnya, dst”. Jadinya fokus ke apa yang dirasakan Hero dan bukan apa pun yang terjadi di sekitarnya.
Persempit wilayah
  • Pilih tempat sempit (lorong, gudang kecil) agar pembaca bisa mengikuti setiap serangan dan blok.
Gunakan POV Hero
  • Tulis dari sudut pandang Hero:

“Saya akan kembalikan satu roti tadi. Tapi, izinkan saya pergi.”

Pria berambut keriting tak peduli akan tawaran yang diberikan dan langsung melompat ke depan. Tangan kanannya yang kekar mengayunkan kapak ke arah kepala Alf. Berniat membelahnya menjadi dua bagian tanpa belas kasihan.

Pemuda itu melompat mundur. Lagi-lagi debu yang berhamburan membuat tarikan napas tidak maksimal. Bebatuan yang tidak rata saat ia mendaratkan kaki, membuatnya limbung. Belum sempat ia mengatur kembali keseimbangan, pria botak dengan sigap menusukkan belati hitam berukir ke dadanya.

Tanpa perlu berpikir, Alf memutar tangan kanannya untuk menepis belati yang terhunjam. Ia menangkap pergelangan pria botak itu dan mendorongnya menjauh hingga belati hanya menyapa debu yang diterbangkan angin.

BACA JUGA :  Tips Bisa Update Rutin di Sosial Media Sambil Tetap Menulis

Sayang, belati tajam itu sempat menyayat satu kantong dan membuat air mengalir keluar. Ternyata tetap bisa sobek jika terkena benda tajam. Alf tak peduli dan langsung menenggak minumannya dengan cepat sambil terus berusaha menghindari serangan. Setidaknya ia memiliki tambahan tenaga. Keterampilannya untuk makan dan minum sambil bergerak kadang diperlukan di dunia macam ini.

“Berengsek!” Pria besar semakin berang. “Kepung dia!”

Tanpa menunda, mereka mengitari Alf dari empat arah. Keempatnya memastikan tidak akan ada satu makhluk pun yang bisa meloloskan diri hidup-hidup.

Alf berdecak. Gelenyar itu datang lagi mengaduk perutnya. Hawa gigil yang semestinya ia buang jauh-jauh delapan tahun lalu, kembali merambat datang. Ia bisa merasakan sekujur tubuhnya menegang saat adrenalin terpacu di tengah bahaya yang kini terasa mengancam jiwanya.

Sample: Deliverance – Dimensional Fugitive


5. Revisi dan Klarifikasi

Setelah selesai draft, baca ulang dengan kacamata pembaca baru:

  1. Cek Kejelasan Aksi
    • Apakah pembaca paham siapa menyerang siapa?
  2. Potong Deskripsi Berlebih
    • Buang detail yang tidak menambah ketegangan.
  3. Minta Umpan Balik
    • Minta teman baca, tanyakan: “Apakah kamu bisa mengikuti scene ini?”

Untuk melengkapi setting adegan tarung, pelajari juga cara membuat latar dan suasana dalam novel di artikel berikut:
🔗 Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel

Kalau masih ada yang mau ditanyakan, silakan drop komen, yaa!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Maaf, tidak diperkenankan klik kanan. Tautan akan terbuka langsung ke halaman baru.
Scroll to Top