5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi

Menulis novel kadang dianggap pekerjaan kreatif yang penuh aturan baku. Banyak penulis pemula terjebak dalam mitos yang membuat proses menulis terasa sulit dan membatasi kreativitas. Dalam artikel ini, kita akan membongkar lima mitos paling sering Shirei dengar tentang menulis novel yang selama ini dipercaya banyak orang.

Tinggalkan mitos ini dan kita akan menemukan kebebasan serta kenikmatan dalam menulis!

Inilah

5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi

 

Quote 5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi

Mitos 1: “Harus Menulis Outline yang Detail Sebelum Mulai Menulis”

Kenyataannya: Tidak semua penulis membutuhkan outline.

Banyak buku panduan menulis menekankan pentingnya membuat outline sebelum mulai menulis. Sebagian besar penulis pemula akhirnya menghabiskan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan hanya untuk menyusun outline yang sempurna. Ketika akhirnya mulai menulis, mereka merasa terikat dengan outline tersebut dan kehilangan fleksibilitas untuk mengembangkan cerita secara bebas.

Namun, ada dua tipe penulis:

  1. Plotter: Penulis yang merancang cerita secara detail sebelum mulai menulis. Shirei masuk ke sini. Jadi, meskipun Shirei tipe ini, Shirei juga melihat banyak kenalan Shirei yang berhasil menulis novel dengan sangat baik meski tanpa kerangka detail
  2. Pantser: Penulis yang lebih suka menulis tanpa rencana dan membiarkan cerita berkembang sendiri.
  3. Gabungan : Ini tipe yang gabungan tipe Plotter dan Pantser. Bikin premis, lalu sisanya ditulis dengan kebebasan

Tidak ada metode yang salah. Jika kamu merasa nyaman menulis tanpa outline, itu tidak masalah. Kabarnya, beberapa penulis terkenal seperti Stephen King adalah pantser sejati. Mereka mulai dengan premis sederhana, lalu membiarkan cerita mengalir.

Tip:

  • Jika tidak suka outline, cobalah membuat “garis besar minimal” berupa poin-poin besar tentang alur atau ending.
  • Eksperimenlah dengan kedua pendekatan untuk menemukan apa yang paling cocok.
BACA JUGA :  Cara Menulis Novel Bagi Pemula

Mitos 2: “Tulisan Pertama Harus Bagus dan Rapi”

Kenyataannya: Draf pertama adalah tempatmu membuat kesalahan.

Salah satu kesalahan terbesar penulis adalah mencoba membuat setiap kalimat sempurna saat pertama kali menulis. Kita menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merangkai satu paragraf, yang pada akhirnya malah membuat mereka kehilangan feeling sama cerita sendiri.

Draf pertama adalah langkah awal, tempat untuk menuangkan ide mentah ke atas kertas. Tulisan ini tidak perlu sempurna. Bahkan, draf pertama sering kali penuh dengan kekurangan: plot bolong, dialog kaku, atau deskripsi yang terlalu panjang.

Banyak penulis profesional menegaskan pentingnya membuat “draf pertama yang jelek.” Revisi adalah bagian penting dari proses menulis, di mana kamu bisa memperbaiki dan mempercantik tulisanmu.

Tip:

  • Biarkan draf pertama penuh kekacauan. Fokuslah pada menyelesaikan cerita, merasakan apa yang dirasakan karakter, bukan pada kesempurnaan teknis.
  • Ingat, karya masterpiece yang kita baca di toko buku telah melalui puluhan kali revisi dan ditolong oleh editor profesional.

Mitos 3: “Karakter Utama Harus Disukai Pembaca”

Kenyataannya: Karakter utama tidak harus disukai, tapi harus menarik.

Banyak penulis merasa bahwa protagonis mereka harus sempurna, selalu baik hati, dan tanpa cacat agar pembaca menyukainya. Faktanya, karakter yang terlalu sempurna justru membosankan dan nggak terasa nyata.

Pembaca lebih suka karakter yang memiliki kelemahan, konflik internal, dan perkembangan. Karakter yang terasa manusiawi, dengan segala kekurangannya, jauh lebih menarik daripada karakter “sempurna” yang terasa seperti robot.

BACA JUGA :  Aliran Rasa Stadium generale IIP

Ini 5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi yang Shirei rasakan. Kayak… takut protagonisnya kalau sampai nyebelin. Takut pembaca mengambil hikmah yang salah. Namun, akhirnya, Shirei berpikir, ini balik ke tujuan menulis itu sendiri. Apakah meskipun protagnya ngeselin, dia bisa membawa hikmah positif bagi pembaca?

Misal, kayak Fathiya – Labuhan Hati Antara Kau dan Dia , Si Fathiya ini bener-bener bikin pembaca maki-maki dia. Ahahah Namun, memang ada tujuan Shirei menulis demikian dan semoga benar-benar bisa membawa hikmah. Aamiin.

Tips:

  • Beri karakter utama kelemahan yang bisa mereka perjuangkan sepanjang cerita.
  • Fokuslah pada perkembangan karakter: bagaimana mereka berubah dan tumbuh selama cerita berlangsung.

Mitos 4: “Plot Harus Rumit untuk Membuat Novel Bagus”

Kenyataannya: Plot sederhana yang dieksekusi dengan baik jauh lebih efektif.

Banyak penulis percaya bahwa cerita mereka harus penuh dengan plot twist, subplot, dan konflik yang berlapis-lapis agar dianggap sebagai novel yang bagus. Namun, terlalu banyak elemen justru bisa membuat cerita terasa membingungkan dan kehilangan fokus.

Beberapa novel terbaik sepanjang masa memiliki plot yang sederhana:

  • The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway hanya menceritakan perjuangan seorang nelayan tua melawan ikan besar. Kalau nggak salah pernah dibahas juga di movie kesukaan Shirei, Equillizer 1. 
  • To Kill a Mockingbird karya Harper Lee berfokus pada satu isu utama: keadilan dan diskriminasi.

Yang membuat novel tersebut luar biasa bukan kerumitan plotnya, melainkan cara penulis menggali emosi dan konflik manusia dalam cerita mereka.

BACA JUGA :  Cara Dapat Uang di KBMapp

Tip:

  • Fokus pada satu konflik utama dan pastikan itu dieksplorasi dengan mendalam.
  • Jangan takut untuk menyederhanakan cerita jika itu membantu pembaca lebih mudah terhubung.

Mitos 5: “Inspirasi Itu Harus Ditunggu”

Kenyataannya: Inspirasi muncul saat kamu mulai bekerja.

Berapa kali kamu menunggu “mood” untuk menulis, tapi akhirnya malah tidak menghasilkan apa-apa? Menunggu inspirasi adalah salah satu mitos paling berbahaya bagi penulis.

Penulis profesional tahu bahwa inspirasi bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Inspirasi adalah hasil dari disiplin. Ketika kamu menetapkan jadwal menulis yang konsisten, otakmu akan terlatih untuk menghasilkan ide meskipun kamu merasa tidak mood.

Stephen King menulis setiap hari, bahkan ketika ia tidak merasa termotivasi. Menurutnya, menulis adalah pekerjaan, dan seperti pekerjaan lainnya, kamu harus melakukannya secara konsisten.

Tip:

  • Tetapkan target menulis harian, meskipun hanya 200 kata.
  • Jika merasa buntu, tulislah apa saja yang ada di pikiran. Kadang, ide brilian muncul dari tulisan-tulisan kecil yang spontan, lhi! Kalau layar google doc putih bikin takut, buka kertas, dan coret-coret pakai tangan. Ini berhasil buat Shirei.

Menulis novel adalah proses yang penuh tantangan, tapi itu tidak berarti kita harus terjebak oleh mitos-mitos yang tidak relevan. Menulis tidak membutuhkan aturan kaku, melainkan keberanian untuk bereksperimen dan berkembang.

Tinggalkan mitos-mitos di atas, dan Insyaallah kita akan menemukan bahwa menulis novel bukan hanya tentang menciptakan karya, tapi juga tentang menikmati perjalanan kreatif itu sendiri.

Apakah kamu masih percaya salah satu mitos di atas? Lalu bagaimana kamu mengatasinya?

1 thought on “5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi”

  1. Iya bangeeettt ka Shirei..
    Kalau baca novel atau nonton drama, pasti suka kalo karakter utamanya justru penuh cela.
    Karena dari sinilah proses itu dimulai. Paling demen lagi kalau penulisnya bikinnya sangat realistis. Meski endingnya gak langsung berubah, konsistensi dalam menuliskan cerita ini akan memperkuat story line sebuah cerita.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Maaf, tidak diperkenankan klik kanan. Tautan akan terbuka langsung ke halaman baru.
Scroll to Top