Halo halo!Β
Lama Shirei nggak update blog. Kali ini persembahan Tim Rumbel Menulis Institut Ibu Profesional Depok, mempersembahkan SAMBUNG CERITA!!! π
Idenya sih, Shirei menulis awalan, lalu sepuluh anggota Rumbel Menulis IIP Depok akan melanjutkan hingga tamat.
Gampang, kan?
Teman-teman juga bisa bikin begini lho dengan grup teman-teman sendiri. So, kepoin terus kelanjutan ceritanya di blog-blog member KAMI MENULIS DEPOK lainnya.
Ini dia peraturan yang mungkin teman-teman bisa amati, tiru, dan modifikasi.Β
Peraturan :
- Lanjutkan cerita ini di blog masing-masing sesuai urutan ini
- Buat cerita yang kira-kira akan tamat dalam 10 babak pendek.
- Cerita minimal 300 kata tanpa batas maksimal
- Cerita harap diselesaikan dalam 24 jam setelah kisah sebelumnya selesai, agar kegiatan ini bisa diselesaikan kurang dari satu bulan. Makin cepat makin baik.
- Sertakan pranala cerita sebelumnya dan sesudahnya (jika peserta berikutnya sudah selesai)
- Jika semua penulis sudah selesai, silakan edit dengan pranala semua blog agar pembaca mudah mengaksesnya.
- Mari buat cerita yang bisa memberikan manfaat positif bagi pembacanya.
- Selamat bersenang-senang!
πΈπΈπΈ
Suti menjerit-jerit ketika suaminya Tejo masuk ke rumah dengan santai sepulang kerja di pabrik.Β
“Kenapa sih, aku baru pulang sudah ribut?” Tejo menggerutu. Rambut cepaknya digaruk-garuk dengan kesal.
“Aaaah! Baaang! Keluar! Keluaaaaaaar!” Kali ini teriakan Suti diiringi lambaian sapu ijuk yang otomatis membuat Tejo mundur beberapa langkah. “Protokol, Bang!”
Tejo mendengkus dan berdecak sesudahnya. “Aku kaga kena korona! Enggak usah lebay, lah!” Namun, sapu yang terus mendorongnya menuju keran air di sebelah pagar masuk membuat Tejo mau tak mau harus menurut.
Pria itu sangat mencintai istrinya yang begitu perhatian, pintar memasak, dan juga membersihkan rumah. Sebenarnya, dia tahu jika yang dilakukan Suti hanya demi kebaikan mereka berdua. Dengan anak mereka, Tati, yang masih berusia dua tahun, membuat Suti menjadi sangat protektif.
Akan tetapi, sudah berapa lama pandemi ini tak kunjung berakhir? Sudah hampir satu tahun, bukan?! Cuci tangan dan kaki sebelum masuk ke rumah, langsung mandi dan keramas serta merendam baju ke dalam air sabun, menyemprot semua barang dengan cairan disinfektan, setelah dilakukan setiap hari selama beberapa bulan, rasanya sangat melelahkan. Belum setiap saat harus mengenakan masker dan pelindung wajah.Β
Mau makan susah, mau ngobrol susah, semua serba susah! Belum lagi Suti melalui WhatsApp selalu mengingatkan apa sudah cuci tangan, jangan lepas masker, jangan dekat-dekat sama orang, semprot sana-sini. Ya, ampun! Tejo lelah lahir batin.
Air yang mengaliri tangan terasa menyegarkan. Namun, kalau sudah jam sembilan malam seperti sekarang, yang paling Tejo inginkan tentu langsung lompat ke kasur dan terlelap. Tidak perlulah membebani diri dengan protokol kesehatan yang merepotkan. Toh, lingkungannya terlihat sehat dan aman.
Sabun yang berbusa di seluruh tangan Tejo hingga ke siku membuat Suti merasa lebih tenang. Rasanya gemas jika suami sendiri tidak taat protokol. Bagaimana jika sampai Tati kena korona? Lebih buruk lagi kalau dirinya atau Tejo yang kena hingga meninggal. Bagaimana nasib Tati kelak? Suti menggeleng berusaha mengenyahkan semua pikiran buruk. Dirinya harus bisa berpikir positif.
Sementara Tejo menyelesaikan cuci kaki beberapa saat kemudian dan bergerak menuju kamar mandi. Harus Tejo akui, Suti rajin sekali menyiapkan air sabun dalam ember sedang. Sementara ember besar juga sudah dicampur air hangat. Air yang diguyurkan ke badan tidak membuat Tejo menggigil. Belum lagi biasanya, Suti sudah menyediakan susu hangat dan gorengan seusai mandi. Rasa dingin pasti enggan mendekat.Β
Namun, Tejo sudah lelah. Dia tak mau lagi mengikuti semua protokol. Dia muak! Buktinya, tidak ada rekan kerjanya yang sakit. Mereka yang kabarnya sakit juga banyak yang sembuh. Mungkin korona tak semengerikan di berita.
Karena itu, seusai mandi, Tejo akan bicara dengan Suti.
πΈπΈπΈ
Pranala cerita berikutnya : (Akan diperbarui jika sudah selesai)
Pingback: Cerita Suti Tejo | GOLDEN SNITCH
Pingback: CERITA BERSAMBUNG SUTI TEJO – Dini Mardiana