Menulis novel adalah perjalanan yang penuh tantangan. Bukan sebuah perjalanan mulus tanpa rintangan. Namun, tidak sedikit calon penulis yang gagal sebelum benar-benar memahami dunia penulisan. Apa yang membuat mereka gagal? Dalam artikel ini, kita akan mengupas 5 kesalahan fatal yang sering dilakukan calon penulis, beserta solusi praktis untuk mengatasinya. Jika kita tidak siap menghadapi dan memperbaiki kesalahan ini, maka bersiaplah untuk kegagalan total.
Jika artikel 5 kebiasaan buruk penulis pemula lebih membahas tentang hal-hal teknis, kali ini kita akan membahas lebih ke soal mental dan attitude. Inilah….
5 Kebiasan Penulis Gagal yang Jangan Ditiru
1. Terlalu Cepat Puas dengan Draft Pertama dan Merasa Langsung Akan Viral
Banyak penulis pemula menganggap draft pertama sebagai produk akhir. Padahal, draft pertama adalah kerangka kasar yang membutuhkan banyak revisi. Tanpa revisi, cerita kita mungkin penuh lubang logika, karakter yang dangkal, atau dialog yang kaku. Belum lagi berharap langsung jutaan view. Baru dua bab, yang view cuma dua, langsung menyerah dan memilih membuat cerita baru. Berharap viral. Begitu terus hingga malah tidak ada cerita yang selesai. Maka secara tidak sadar, kita menjauhkan pembaca karena malas mengikuti cerita kita yang tidak pernah tamat. Jadilah kita menjadi penulis novel yang selalu gagal menamatkan cerita dengan baik.
Contoh:
- Karakter berubah sifat tanpa alasan jelas.
- Plot yang terasa terburu-buru karena kurang pengembangan.
- Adegan penting terasa datar karena kurang deskripsi.
- Viral itu takdir yang bisa kita usahakan meski kadang juga berujung gagal. Mengharap langsung viral sama dengan menjatuhkan diri sendiri sebelum berjuang.
Solusinya:
- Istirahatkan Draft Pertama : Setelah menyelesaikan draft pertama, biarkan selama beberapa minggu. Saat kita kembali membacanya, kita akan melihat kesalahan dengan lebih jelas.
- Buat Jadwal Revisi: Rencanakan beberapa tahap revisi. Fokus pada struktur cerita, pengembangan karakter, dan gaya bahasa di setiap tahap.
- Minta Feedback: Cari pembaca beta atau editor yang bisa memberikan kritik membangun. Jangan takut masukan. Shirei nulis ulang cerita prequel Deliverance sampai 4x atas masukan banyak pihak.
- Lupakan Statistik : Fokus menamatkan karya tanpa melirik statistik. Mengurangi memandangi statistik, Insyaallah membuat diri tidak terbebani kkecewaan karena tidak ada pembaca.
2. Menganggap Plot Twist Adalah Segalanya
Plot twist sering dianggap sebagai elemen wajib untuk membuat cerita menarik. Akibatnya, banyak penulis yang memaksa memasukkan twist yang tidak relevan atau mudah ditebak. Ini membuat pembaca merasa kecewa atau bahkan illfeel.
Contoh:
- Twist yang terlalu ekstrem sehingga tidak masuk akal.
- Pembaca sudah bisa menebak twist sejak bab awal.
- Cerita kehilangan fokus karena terlalu mengejar efek kejutan.
- Plot Armor, deus ex machina, jadi muncul
Solusinya:
- Prioritaskan Logika Cerita: Pastikan setiap twist mendukung cerita, bukan sekadar untuk mengejutkan pembaca.
- Bangun Foreshadowing yang Halus: Berikan petunjuk kecil yang membuat twist terasa alami.
- Tanya Diri Sendiri: “Jika twist ini dihapus, apakah cerita tetap menarik?” Jika tidak, mungkin kita harus mengembangkan elemen lain.
3. Menulis Karena Tren, Bukan dari Hati
Menulis hanya karena genre tertentu sedang populer bisa menjadi bumerang. Jika kita tidak benar-benar memahami atau mencintai genre atau tema tersebut, cerita kita akan terasa dangkal dan tidak autentik. Ini yang Shirei sering lihat terjadi di murid-murid les menulis novel Shirei. Ada yang memaksa menulis romance padahal jiwanya untuk thriller, versi-versa. Satu dari 5 Kebiasan Penulis Gagal yang Jangan Ditiru yang biasanya diakibatkan keinginan untuk viral dengan cepat.
Contoh:
- Mengikuti tren “romance mafia” padahal tidak pernah membaca cerita serupa.
- Menulis fantasi epik tanpa memahami dasar-dasar world-building.
Solusinya:
- Kenali Genre: Pilih genre atau tema yang kita nikmati sebagai pembaca. Jika kita menyukai cerita itu, kemungkinan besar kita akan menulisnya dengan lebih baik. Namun, ada juga yang kayak Shirei, suka misteri crime, tapi nggak bisa nulisnya. Shirei nyaman nulis dark religi dalam domestic romance. Maka jadilah cerita Shirei membawa sedikit unsur misteri di dalamnya bahkan di genre romance.
- Tambahkan Sentuhan Unik: Jika kita tetap ingin menulis sesuatu yang sedang tren, pastikan ada elemen khas yang membedakan cerita kita dari yang lain.
- Jujur pada Diri Sendiri: Tanyakan, “Apakah saya menulis ini karena suka atau hanya mengejar pasar?”
Tidak apa menulis karena duit, asal kuat dan tahan banting. Karena hasilnya jarang sekali ada yang instan kecuali Qadarullah karya pertama langsung viral. Yang jelas, jangan sampai mengorbankan kualitas dengan menulis asal-asalan karena kita tidak suka genre atau temanya. Meski mengambil tema populer, pastikan menulisnya tetap pakai hati. At least sedikit.
4. Mengabaikan Riset
Banyak penulis menganggap riset sebagai hal yang tidak perlu, terutama untuk cerita fiksi. Padahal, riset membantu membuat cerita terasa lebih hidup dan kredibel. Mengabaikannya bisa menghasilkan cerita yang penuh kesalahan faktual atau tidak realistis.
Contoh:
- Setting di Paris, tetapi deskripsi kotanya tidak akurat.
- Karakter dokter yang salah menyebut istilah medis.
- Peristiwa sejarah yang melenceng dari kenyataan.
Solusinya:
- Lakukan Riset Mendalam: Gunakan buku, artikel, video, atau wawancara untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan.
- Jaga Proporsi: Jangan terlalu berlebihan dalam memuat detail riset. Pastikan riset mendukung cerita, bukan mengalihkan perhatian pembaca.
- Konsultasi dengan Ahli: Jika cerita kita menyangkut topik khusus, seperti medis atau hukum, konsultasikan dengan ahli di bidang tersebut jika memungkinkan.
5. Menunda Promosi Sampai Buku Terbit
Banyak penulis berpikir promosi hanya dimulai setelah buku selesai atau diterbitkan. Akibatnya, mereka kehilangan momentum untuk membangun audiens yang akan mendukung karya kita sejak awal. Jangan malu promosi. Shirei juga masih berjuang ini. Sekarang, Shirei mencoba untuk mengabaikan statistik hasil promo. Meski Instagram Shirei kena shadowban, tetap posting. Nggak peduli yang lihat cuma 200-an orang dari 17k follower. Bodo amat! Manusia tugasnya ikhtiar, biar Allah yang beri hasilnya.
Contoh:
- Tidak aktif di media sosial hingga buku siap dirilis.
- Tidak membangun koneksi dengan komunitas pembaca.
- Tidak membuat konten terkait novel sebelum terbit.
Solusinya:
- Bangun Personal Branding: Mulailah berbicara tentang proses menulis kita di media sosial, bahkan sebelum novel selesai.
- Gunakan Teaser: Bagikan kutipan, sinopsis, atau ilustrasi karakter untuk menarik perhatian calon pembaca.
- Libatkan Audiens: Ajak mereka memberikan pendapat tentang cover, judul, atau elemen lain dari buku kita.
——
Menulis novel bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi bukan berarti kita harus menyerah sebelum memulai. Dengan menghindari lima kesalahan fatal ini dan menerapkan solusi yang tepat, kita bisa meningkatkan peluang sukses cerita kita. Jangan lupa dengan jalur langit karena Allah Maha Kaya dan Maha Pemberi.
Ingat: Menulis adalah proses belajar yang tidak pernah berhenti. Jangan terburu-buru, nikmati setiap langkahnya, dan teruslah berkembang. Siapkah teman-teman menghadapi tantangan menulis novel? Kalau iya, mari mulai langkah pertama sekarang juga!