Dalam dunia blogging, ada satu nasihat yang sering terdengar: “Buat artikel yang SEO friendly dan memiliki keyword density padat supaya disukai Google.”
Namun, terkadang, artikel yang terlalu memusingkan SEO, justru sering kalah saing dengan artikel yang lebih natural dan autentik. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa rahasia sebenarnya agar konten kita bisa menonjol di mata Google sekaligus menarik pembaca?
Pada artikel ini, kita akan membahas alasan di balik fenomena ini, memahami pentingnya “authenticity rank” dan menemukan bagaimana suara pribadi kita sebagai blogger dapat menjadi aset terkuat dalam menghadapi algoritma Google.
5 Alasan Jangan Menulis untuk SEO
Judul artikel kali ini kok berasa serem, ya. Ahahaha. Namun, menurut Shirei—yang juga kadang lupa kalau menulis tuh hangan sekadar buat SEO, tapi juga buat pembaca—ini penting untuk mengingat, bahwa pembaca utama blog kita adalah manusia, bukan mesin pencari.
1. Keyword Stuffing
Ketika mendengar istilah “Mencari keyword terbaik untuk postingan” ada blogger yang langsung terpikirkan tentang:
- Artikel yang kaya dengan keyword (bahkan sampai terasa dipaksakan).
- Struktur yang sangat formal dan teknis, hingga kehilangan kehangatan manusiawi.
- Gaya bahasa yang cenderung seperti robot, tanpa emosi atau personal touch.
Artikel seperti ini mungkin terlihat “ideal” di atas Google, tetapi sebenarnya sering kali:
- Tidak menarik perhatian pembaca manusia.
- Terasa kaku dan membosankan.
- Tidak mencerminkan kepribadian kita sebagai blogger.
Menurut salah satu artikel dari Google, algoritma mereka kini lebih canggih dalam memahami konteks dan niat pembaca (search intent). Dengan demikian, artikel yang terasa terlalu kaku atau seperti ditulis untuk mesin pencari saja akan sulit bersaing dengan artikel yang lebih natural.
Bayangin sepanjang artikel, kita dijejali dengan keyword-keyword hingga bacaan pun jadi tidak nyaman.
Yang harus kita ingat bersama bahwa, Pembaca datang ke blog kita untuk mencari koneksi dan solusi, bukan membaca buku manual yang kaku.
Ini bukan berarti artikelnya harus pakai ‘lo gue’ atau kata-kata slang lainnya. Hanya saja, beri sentuhan kepribadian kita dalam setiap postingan. Insyaallah berasa kok mana yang kita tulis dengan hati dan mana yang memikirkan SEO banget.
2. Kalah ‘Authenticity Rank’ dalam Algoritma Google
Istilah “authenticity rank” mungkin belum sepopuler SEO atau keyword density, tetapi konsep ini adalah fondasi dari pembaruan algoritma Google dalam beberapa tahun terakhir.
Apa itu authenticity rank?
Sederhananya, ini adalah kemampuan Google untuk mengidentifikasi apakah sebuah artikel terasa autentik, relevan, dan dibuat oleh manusia untuk manusia. Apalagi sekarang banyak AI yang mampu menulis artikel dengan cepat.
Artikel yang memiliki authenticity rank tinggi biasanya memiliki beberapa ciri:
- Natural flow: Artikel terasa seperti percakapan, tidak seperti makalah akademik.
- Suara pribadi: Blogger menyampaikan opini atau pengalaman mereka dengan jujur.
- Fokus pada nilai: Artikel memberikan manfaat nyata, bukan sekadar mengejar keyword.
Algoritma seperti Google BERT dirancang untuk memahami konteks dari artikel, bukan hanya kata-kata yang digunakan. Jadi, artikel yang terlalu fokus pada keyword density tanpa memperhatikan relevansi akan dinilai rendah.
3. Kreativitas Terkekang
Ketika kita terlalu pusing membuat semua score di plugin SEO yang kita instal sempurna, akibatnya kita malah memaksakan diri menjejalkan keyword-keyword blog agar score SEO tinggi. Padahal, menulis blog yang diutamakan adalah menulis untuk manusia dulu, baru kita tingkatkan dengan menambah keyword sesuai dengan SEO. Itupun, nggak harus dapat 100%. IMHO, score 80% udah bagus banget.
4. Algoritma Mudah Berubah
Dulu, Shirei rajin banget tuh namanya mantengin Ads-id forum buat belajar SEO, dll. Tapi, sekarang udah nggak sempet dan capek banget. Trus, karena gonjang-ganjing halal haram Adsense, akhirnya, Shirei mutusin, go with the flow. Dan ternyata memang algoritma tuh berubahnya cepet banget. Jadi, kalau memang bloggingnya sekadar partimer, belajar SEO sampai yang advance itu cukup capek.
Shirei saranin, belajar yang basic-basic aja. Pasang plugin SEO udah amat sangat membantu, lho!
Jadi, kita nggak pusing soal angka-angka statistik blog dan lebih fokus sama konten yang berbobot.
5. Kurang Menarik untuk Pembaca Jangka Panjang
Alasan terakhir dari 5 Alasan Jangan Menulis untuk SEO adalah kurang menarik untuk pembaca jangka panjang. Ada beberapa artikel Shirei yang bener-bener terlalu fokus sama SEO dan malah membuatnya kayak ditulis sama AI. wakakakak
Siapa yang mau baca tulisan hasil karya AI?
Menulis artikel yang baik bukan berarti harus formal, kaku, atau penuh keyword. Sebaliknya, artikel yang terlalu fokus dengan SEO sering kehilangan unsur manusiawi yang justru disukai oleh pembaca dan algoritma Google.
Rahasia sukses blogging terletak pada kombinasi antara teknik SEO dan kepribadian kita sendiri sebagai penulis. Jadi, jangan takut menunjukkan suara kita, berbagi pengalaman, dan menulis dengan gaya yang terasa natural.