Dapat request dari teman di KLIP [Kelas Literasi Ibu Profesional]. Semoga bermanfaat, ya!
Mendeskripsikan latar dan suasana adalah seni yang sebenarnya susah-susah gampang. Kita sering kali dihadapkan pada dilema: bagaimana caranya menggambarkan tempat dan suasana yang jelas tanpa membuat pembaca bosan?
Deskripsi yang terlalu panjang bisa membuat pembaca kehilangan minat, tetapi deskripsi yang terlalu dangkal dapat membuat cerita terasa hampa. Bahkan bisa kena yang disebut white room syndrome. Alias, pembaca nggak ada bayangan si Tokoh lagi ada di mana.
Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel
Dalam artikel ini, kita akan membahas cara mendeskripsikan latar dan suasana dengan efektif dan menarik dalam menghidupkan cerita.
Mengapa Latar dan Suasana Itu Penting?
Latar dan suasana jangan biarkan jadi sekadar dekorasi dalam cerita. Keduanya adalah elemen yang membantu pembaca memahami dunia tempat cerita berlangsung dan merasakan emosi di dalamnya.
Latar membantu pembaca memahami di mana dan kapan cerita terjadi, sementara suasana memberikan keterikatan dan empati yang melingkupi adegan tersebut. Jika kita berhasil memadukan keduanya, pembaca nggak hanya membaca cerita kita, tetapi juga merasakan dunia ciptaan kita dan mengalami kejadian seperti tokoh-tokoh kita.
Tips Mendekskripsikan Latar dan Suasana
1. Gunakan Indra, Bukan Hanya Mata
Kita cenderung terlalu fokus pada apa yang terlihat ketika mendeskripsikan latar. Padahal, dunia di sekitar kita juga hidup lewat suara, bau, rasa, dan sentuhan. Menggunakan kelima indra dapat membuat deskripsi kita lebih hidup dan realistis.
Contoh sederhana:
- Roti di toko kue itu tampak lezat dan membuatku lapar.
- Kita bisa memperkaya deskripsi itu menjadi: Kilau keemasan roti yang baru keluar dari panggangan begitu memesona. Lelehan mentega mengilap menebarkan aroma yang menggelitik hidung. Kuhidu dalam-dalam hingga air liurku menetes tanpa malu, dll.
Deskripsi seperti ini tidak hanya menggambarkan apa yang terlihat, tetapi juga membawa pembaca “merasakan” lingkungan tersebut. Bayangkan mereka mencium aroma khas roti atau membayangkan keinginan untuk ikut makan roti mentega. Kombinasi indra akan membuat latar terasa nyata.
2. Integrasikan Deskripsi dengan Plot
Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan adalah memisahkan deskripsi latar dari plot. Akibatnya, deskripsi terasa seperti sekumpulan teks yang tidak bergerak, sehingga pembaca tergoda untuk melewatinya. Shirei sering skip seting gara-gara ini. T_T
Solusinya adalah mengintegrasikan deskripsi dengan tindakan karakter.
Contoh:
- Daripada menulis: Ruang tamu itu gelap dan penuh debu.
- Coba gini: Dia meraba dinding mencari sakelar lampu. Ketika matanya memejam sedikit beradaptasi dengan cahaya yang mendadak hadir, debu-debu terlihat berterbangan di udara dan aroma apek menyergap hidung.
Deskripsi ini tidak hanya memberikan informasi tentang ruangan, tetapi juga memadukannya dengan plot yang melibatkan karakter. Pembaca akan merasa lebih terhubung dengan adegan tersebut.
3. Gunakan Metafora dan Perumpamaan
Metafora dan perumpamaan adalah senjata ampuh untuk membuat deskripsi kita lebih memikat. Dengan membandingkan sesuatu dengan hal lain yang familiar, kita dapat memancing imajinasi pembaca tanpa harus memberikan detail yang terlalu panjang.
Contoh:
- “Hutan itu gelap dan menyeramkan.”
- Bisa diubah menjadi: “Hutan itu seperti monster yang tertidur dengan sulur pepohonan seperti tangan yang siap mencekik siapa pun yang berani datang.”
Metafora nggak cuma membantu pembaca membayangkan latar, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih dalam. Gunakan perumpamaan yang sesuai dengan mood cerita kita.
4. Pilih Diksi yang Mendukung Suasana
Pemilihan diksi adalah kunci untuk menciptakan suasana yang tepat. Kata-kata yang kita pilih harus mencerminkan feel yang ingin kita sampaikan. Misalnya, untuk menciptakan suasana tegang, gunakan kata-kata pendek dan tajam seperti “dingin,” “sunyi,” atau “menusuk.” Sebaliknya, untuk suasana damai, gunakan kata-kata lembut seperti “hangat,” “berembus,” atau “tenang.”
Contoh:
- “Malam itu sunyi dan dingin.”
- Bisa diubah menjadi: “Aku merindukan suara jangkrik yang biasanya saling bicara kala malam. Bahkan kopi yang baru kubuat di meja sudah kehilangan asap, padahal baru beberapa menit berada di sana. Aku menggigil ketika angin menggigit pori-pori yang tak terlindungi kaus pendek.”
Perhatikan bagaimana pilihan kata seperti “merindukan” dan “menggigit” menciptakan suasana yang lebih kuat dibandingkan deskripsi yang biasa. Ini satu dari Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel yang buat Shirei paling menyenangkan buat diulik. Heheh
5. Hindari Overload Detail
Mendeskripsikan setiap elemen di latar bisa menjadi jebakan. Kita mungkin tergoda untuk menggambarkan setiap sudut ruangan, setiap warna daun di hutan, atau setiap suara di pasar. Namun, terlalu banyak detail bisa membuat pembaca merasa kewalahan dan bosan. Sebaliknya, pilih detail yang paling relevan dengan cerita atau suasana yang ingin kita bangun.
Contoh:
- Daripada menulis: “Meja itu penuh dengan buku, kertas, pena, secangkir kopi, dan piring bekas makan.”
- Pilih detail yang penting jika kisah tentang novelis: “Di atas meja, secangkir kopi yang sudah dingin berdampingan dengan setumpuk naskah yang penuh coretan.”
Deskripsi ini tidak hanya memberikan informasi tentang latar, tetapi juga menyiratkan sesuatu tentang karakter—mungkin dia sibuk, lelah, atau terjebak dalam pekerjaannya.
6. Jangan Abaikan Tempo Cerita
Deskripsi yang terlalu panjang dapat mengganggu tempo cerita, terutama di adegan yang penuh aksi. Saat cerita sedang menegangkan, gunakan deskripsi singkat dan tajam untuk mempertahankan intensitas. Sebaliknya, di adegan yang lebih lambat, kita bisa mengambil waktu untuk menggambarkan latar secara mendalam.
Contoh:
- Adegan aksi: “Suara tembakan menggema di lorong sempit. Bau mesiu menusuk hidung saat dia berlari menuju pintu keluar.”
- Adegan tenang: “Di bawah langit senja, rerumputan bergoyang lembut ditiup angin. Dia duduk diam, menikmati kehangatan terakhir matahari sebelum malam menyelimuti.”
Dengan menyesuaikan panjang dan detail deskripsi dengan tempo cerita, kita dapat menjaga perhatian pembaca tanpa mengorbankan suasana.
Kesalahan yang Sebaiknya Kita Hindari
- Diksi Klise: Hindari deskripsi yang terlalu umum atau klise, seperti “Langit biru cerah” atau “Matahari terbenam yang indah.” Cobalah menggambarkan elemen-elemen unik dari latar tersebut.
- Latar tidak mendukung plot: Ingatlah bahwa latar dan suasana harus mendukung cerita dan karakter kita. Jangan biarkan deskripsi terasa seperti tempelan yang tidak relevan.
Latihan untuk Memperkuat Narasi Kita
- Pilih Tempat Favoritmu: Misalnya, taman, kafe, atau kamar tidur.
- Deskripsikan Tempat Itu Menggunakan Indra Selain Mata: Apa yang terdengar, terasa, atau tercium?
- “Di taman, aroma bunga melati bercampur dengan bau tanah basah. Angin sejuk membawa suara tawa anak-anak yang berlari di sekitar air mancur.”
- Eksperimen dengan Suasana: Gunakan tempat yang sama untuk menciptakan suasana yang berbeda. Misalnya, bagaimana taman itu terasa saat bahagia? Bagaimana jika menyeramkan?
Mendeskripsikan latar dan suasana bukan hanya soal menggambarkan tempat, tetapi juga soal menciptakan pengalaman yang menyentuh pembaca. Dengan memanfaatkan indra, aksi, metafora, dan diksi yang tepat, kita bisa membuat dunia cerita kita terasa hidup dan memikat. Ingatlah untuk memilih detail yang relevan dan menjaga tempo cerita agar pembaca tetap terhubung.
Mulailah dengan deskripsi sederhana hari ini, dan lihat bagaimana cerita kita menjadi lebih hidup dan penuh warna. Jangan takut mencoba hal baru—kita akan terkejut dengan hasilnya!
Sekian Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel
Kalau ada yang mau ditanyakan, silakan komen, yaaa