12 Tipe Mental Abuse untuk Novel

Mau belajar menulis novel 2025-2026?
Buka mentoring menulis novel, baik umum, asistensi sinopsis, dan privat.
Langsung Whatsapp 081212707424 untuk info lebih lanjut.
BACA JUGA :  Sedia Novel Pdf Lengkap dan Gratis

12 Tipe Mental Abuse untuk Novel

Hai, Penulis kreatif!

Pernah nggak sih kamu baca novel yang bikin dada sesak karena konflik psikologisnya too real? Itu biasanya hasil dari penggambaran mental abuse yang apik. Nah, kalau kamu lagi bingung cari ide konflik yang bikin karaktermu multidimensi, kita bisa eksplor 12 tipe mental abuse yang sering muncul di kehidupan nyata, tapi bisa kamu modifikasi untuk cerita. Yuk, simak!

Apa Itu Mental Abuse dalam Dunia Sastra?

Sebelum masuk ke daftarnya, kita perlu pahami dulu: mental abuse dalam novel bukan cuma tentang “villain jahat”. Ini tentang dinamika manipulasi, ketidakseimbangan kekuasaan, atau pola toxic yang membuat pembaca relate atau merasa risih. Dengan teknik ini, kamu bisa bikin konflik yang nggak klise dan karakter yang nggak hitam-putih.

Menulis tentang kekerasan psikologis itu rumit. Kita tidak mau menjadikannya sebuah glorifikasi kekerasan, tapi juga ingin membuat konflik yang berdampak. Di sini kita akan bahas 12 tipe mental abuse untuk novel, lengkap dengan ciri khas tiap tipe dan contoh adegan (cara penulisan) yang bisa kita pakai tanpa meromantisasi penderitaan.

Kekerasan psikologis tidak selalu terlihat oleh mata, tapi efeknya panjang. Ada trauma, kebingungan moral, dan perubahan kepribadian. Saat kita memasukkan mental abuse ke cerita, tujuan idealnya bukan cuma membuat pembaca “terkejut”, tapi juga menunjukkan dampak, proses penyembuhan, atau keputusan karakter yang realistis.

Ingat: pembaca yang pernah mengalami hal serupa bisa tersinggung — jadi tulis dengan empati.

BACA JUGA :  5 Strategi Mengatasi Imposter Syndrome

Makanya, Shirei sampai berkonsultasi dengan psikolog dan korban saat menulis Obsessive Loves dulu

Semoga artikel blog kali ini memberi ide menulis yang bertanggung jawab agar karakter dan konsekuensi terasa realistis.

Novel bertema mental Abuse

 


Daftar 12 Tipe Mental Abuse untuk Novel

Di bawah ini tiap tipe disertai ciri singkat dan contoh adegan (cara menulis). Kita gunakan bahasa praktis supaya langsung bisa dicoba dalam draft.

1. Gaslighting

Ciri: Membuat korban meragukan ingatan/kenyataan sebenarnya.

Eksekusi : Pasangan sengaja memindahkan/menyembunyikan barang, lalu bilang kalau korban lah yang salah, hingga korban percaya dirinya pelupa. Bisa juga ketika dia selingkuh, malah nyalahin pasangan karena kurang melayani, dll.

Tunjukkan monolog korban yang semakin ragu, lalu potongnya dengan “bukti” yang dipalsukan oleh pelaku. Bisa berupa kata-kata maupun perbuatan. Efeknya? Pembaca ikut merasa frustrasi seperti tokoh korban!

2. Silent treatment (pengabaian yang disengaja)

Ciri: Sikap dingin [abai/cuek] berkepanjangan untuk menghukum.

Eksekusi : Ketika pasangan kesal, maka bukannya berdiskusi, tapi akan mendiamkan. Tidak mau bicara, membuang muka.

Tunjukkan perasaan korban yang frustrasi karena kadang tidak tahu salahnya di mana.

3. Gaslighting lewat agama/ayat (manipulasi moral/spiritual)

Ciri: Memelintir teks suci/ajaran untuk membenarkan kekerasan atau kontrol.

Eksekusi : Pelaku membacakan ayat dilarang tabbarujj dengan nada bijaksana dan penuh kasih sayang, lalu mengatakannya sebagai “alasan” untuk mengurung kebebasan pasangan padahal, dirinya sendiri malah selingkuh.

Bisa menggunakan ayat poligami untuk melakukan perzinahan dengan alasan istri durhaka [nuzyus] padahal zina itu dilarang agama.

4. Emotional blackmail (pemerasan emosional)

Ciri: Ancaman kehilangan cinta/anak/status kalau tak menurut.

Eksekusi : Menekankan kalau anak durhaka, akan diambil anaknya dari pengasuhan, dll

Menggunakan kalimat-kalimat yang frontal dan mengancam seperti, “Kalau kamu pergi, siapa yang akan menjaga nama keluarga?”

BACA JUGA :  Cara Membuat Blurb atau Sinopsis Singkat pada Cover Belakang Novel

5. Isolation (mengurung korban dari jaringan sosial)

Ciri: Mengontrol siapa yang boleh bertemu korban.

Eksekusi : Membuat korban memusuhi orang tua dan teman-temannya. Bisa dengan menjelek-jelekkan mereka, atau justru sebaliknya. Juga merampas ponsel, diminta menghapus media sosial, dll

Bisa juga teman-temannya tak diizinkan datang karena suami cemburu, jadi kita gambarkan bagaimana ruang sosialnya mengecil perlahan.

6. Constant criticism (kritik terus-menerus)

Ciri: Merendahkan prestasi, membuat korban merasa tak pernah cukup.

Eksekusi : Setiap pujian dibalas ejekan halus. Narasi menunjukkan internalisasi korban yang mulai percaya pada kata-kata buruk itu. Contoh : “Masakanmu TIDAK PERNAH enak! Makanya aku nggak betah makan di rumah!”

7. Gaslighting financial (mengontrol uang & info keuangan)

Ciri: Menyembunyikan akses ke rekening atau memanipulasi pengeluaran.

Eksekusi : Hanya dikasih uang sedikit. Dilarang bekerja. Dilarang berbisnis. Harus bergantung pada pasangan. Dibuat lemah dengan ‘dimiskinkan’. Bahkan Mahar pun bsia dijual oleh pelaku.

8. Triangulation (menggunakan pihak ketiga untuk memanipulasi)

Ciri: Melibatkan orang lain untuk membandingkan, memfitnah, atau mengadu domba.
Eksekusi : Pelaku bercerita hal “mengerikan” tentang korban kepada keluarga, lalu menatap korban menunggu reaksi, membuat korban teralienasi. Kayak suami seorang G, tapi yang disebarkan justru adalah si istri durhaka tidak menurut pada suami dan didukung oleh pasangan G atau malah orang2 yang dibayar dan dipengaruhi.

9. Withholding Affection (menahan kasih sayang sebagai hukuman)

Ciri: Kasih sayang dipakai sebagai alat kontrol.

Eksekusi : Pelukan yang ditarik kembali saat korban mengutarakan pendapat; tulisan menunjukkan kerinduan yang dibentuk jadi alat tukar. Kayak “Mama baru akan sayang, kalau kamu rank 1!”

10. Public shaming / humiliation (mempermalukan di depan umum)

Ciri: pelecehan atau hinaan yang dilakukan saat orang lain hadir.

BACA JUGA :  Proses Kreatif Obsessive Loves Novel Mayor Gramedia dari Wattpad

Eksekusi : di acara keluarga, pelaku mengolok pekerjaan korban; pembaca merasakan memerahnya muka sang korban.

11. Intimidasi Emosional: “Kalau Kamu Pergi, Aku Bunuh Diri / Membunuhmu!”

Ciri : Ancaman atau tekanan emosional bisa dipakai untuk menciptakan ketegangan ekstrem. Annie Wilkes (Misery) mengancam Paul Sheldon dengan kekerasan fisik dan emosional, memaksanya menulis ulang novel favoritnya. Teknik ini cocok untuk genre horor atau thriller.

Eksekusi : Setiap minta putus, selalu diancam dan bahkan bisa juga beneran dilakukan, tap tidak sampai fatal. Tujuannya hanya menakut-nakuti.

12. Emotional Blackmail: “Kalau Kamu Cinta, Kamu Akan Lakukan Ini”

Ciri :  Memakai sesuatu yg dia punya untuk memanipulasi. 

Eksekusi : Mengandalkan sakitnya, kemiskinannya, dll, untuk memanipulasi. Seperti, “Saya jadi nggak bisa dapat kerja demi melahirkan kamu. jadi kamu harus bla bla….”

——

Cara mengemas mental abuse dalam novel tanpa mengeksploitasi 

  1. Tampilkan konsekuensi nyata. Jangan biarkan pelaku berjaya tanpa konsekuensi. Karakter yang disakiti butuh reaksi psikologis (kecemasan, kebiasaan penghindaran).
  2. Fokus pada dampak, bukan proses. Adegan tidak perlu detail sadis. Lebih baik tunjukkan perubahan kecil dalam rutinitas korban dan dampaknya.
  3. Berikan ruang untuk pemulihan. Kalau cerita berakhir “bahagia”, tunjukkan proses terapi, dukungan, atau rencana keluar yang realistis.
  4. Peringatan trigger. Di bagian awal bab/tagline, beri peringatan bagi pembaca yang mungkin terdampak. Itu bentuk empati.

Yuk, Share Ide Kamu!

Kira-kira tipe mental abuse mana yang paling kamu sukai untuk diadaptasi? Atau punya contoh novel lain yang pakai teknik ini? Komentar di bawah, ya! Jangan lupa subscribe newsletter Shireishou.com untuk tips menulis lainnya. Semoga tulisanmu berikutnya bikin pembaca nggak bisa move on! 💫

Sampai jumpa di postingan berikutnya! 📖✨

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Maaf, tidak diperkenankan klik kanan. Tautan akan terbuka langsung ke halaman baru.
Scroll to Top