Tipe-Tipe Cara Menulis Novel

Bersikap Adil bagi Diri

Bersikap Adil bagi Diri

Lama nggak update, ya? Hehehe Kali ini, Shirei kembali dengan topik yang diminta dibahas oleh grup Muslimah Menulis yang temanya Bersikap Adil. Ada banyak hal yang bisa dibahas tentang tema ini, tapi karena blog Tips Menulis Novel Gratis ini tentang kepenulisan, Shirei ya juga akan bahas soal kepenulisan. Nah, apa sih bersikap adil bagi penulis? Pertama-tama, kita mulai dari pengertian adil itu sendiri. a.dil a sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: keputusan hakim itu — a berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran a sepatutnya; tidak sewenang-wenang: para buruh mengemukakan tuntutan yang — Shirei akan garis bawahi pengertian yang kedua “Berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran.” Di era platform menulis semakin menjamur di mana-mana, uang yang dihasilkan pun tidak main-main besarnya, tentu saja semakin banyak penulis ingin berlomba-lomba untuk mendapatkan uang dari platform yang menawarkan begitu banyak fasilitas. Hal itu tentu saja wajar. Siapa yang tidak mau membantu keuangan rumah tangga dari hobinya? Masalah muncul ketika banyak ‘penulis’ berlomba-lomba mencari uang, tetapi melupakan apa esensi menulis itu sendiri. Tidak apa menulis demi membantu ekonomi keluarga, penulis pun butuh makan, bukan? Namun, apa kita sudah bersikap adil saat mengunggah karya? Adil pada diri sendiri juga orang lain? Apa kita sudah membaca semua aturan platform sebelum mengunggah? Apa kita sudah belajar kepenulisan alih-alih berusaha mencari celah pada sistem di platform? Apa kita sudah yakin kalau karya yang kita unggah adalah hasil karya kita sendiri dan bukan curian dari karya orang lain? Harta, Tahta, Syahwat Tiga hal paling mudah menggoda manusia untuk menghindar dari bersikap adil Hal paling berat adalah ketika semua orang di tempat tersebut melakukannya. Shirei pernah mengalami. Shirei pikir, semua orang melakukannya, berarti hal itu halal dilakukan. Akan tetapi, Shirei diingatkan oleh teman-teman Shirei yang MasyaAllah salehah agar Shirei menjauhi hal yang demikian. “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al An’am: 116) Jadi, kembalikan semua hal kepada aturan Allah. Apa kita berlaku adil pada diri sendiri dan orang lain? Mungkin memang platform tidak akan mengetahui kalau kita plagiat, kalau kita mengakali sistem, atau melakukan hal-hal yang tidak diridai Allah, tapi di mata manusia ‘sah-sah saja’. Namun, Allah Maha Mengetahui. Pendapatan yang kita raih dengan TIDAK BERLAKU ADIL bahkan menzalimi orang lain, mungkin memang besar. Akan tetapi, apa ada berkah di sana? Shirei belajar dari kesalahan. Mungkin Shirei sudah berlaku tidak adil di masa lalu. Meski tidak lama dan fatal, tapi Shirei berjanji akan berjuang untuk lebih bersikap adil ke depannya. Shirei pernah nulis author note di Fizzo max 5 kata seperti, “Tebak, siapa pelakunya!” atau “Kira-kira Darren bakal ngapain?” Lalu Shirei ditegur teman, kan dibayar perkata. Shirei pikir toh under 5. Namun, kalau dikali 150 kan lumayan, ya? Hampir jadi satu bab. Alhamdulillah berhenti di bab 91 karena sudah tidak bisa diedit dan uangnya sudah didonasikan. Ternyata waktu itu, kabarnya, author note dipakai untuk nambah-nambahin jumlah kata oleh beberapa author lain. Jadi sengaja ngocehnya dipanjang-panjangin. 😭 “Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747). Bersikap adil bagi diri apalagi orang lain memang bukan hal yang mudah! Shirei paham, semua butuh proses. Apalagi jika kita dihadapkan pada kondisi genting misalnya kepepet banget butuh duit untuk keperluan primer dan melakukan hal yang dibenci Allah adalah cara instan untuk mendapatkan uang. Namun, tetap semangat wahai kawan-kawan! Shirei pun akan terus berjuang agar rezeki yang Shirei dapat adalah yang halal dan berkah. Seperti moto grup Muslimah Menulis! “Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya.” (Hilyatul Auliya’, 1: 326) Semoga Allah melancarkan rezeki kita semua. Aamiin. Buat yang ingin gabung grupnya, bisa klik LINK INI, ya! Sumber Hadist dan Ayat : Rumaysho.com

Bersikap Adil bagi Diri Read More »

Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan

Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan

Shirei sering mendapatkan kalimat, “Kalau nulis novel tuh harus Show don’t Tell! Biar pembaca bisa meresapi apa yang terjadi.” Nah, apa sih Show don’t Tell itu? Kenapa dia begitu dikumandangkan ke seluruh penjuru bumi? Seberapa sakti dia untuk membuat novel kita menjadi lebih hidup? Ehehehe Postingan kali ini akan membahas tentang bagaimana cocoknya Show don’t Tell diterapkan dalam cerita. Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan Sederhananya, jika kita menulis novel, jangan serta merta menulis seperti urutan kejadian yang lurus tanpa ada hiasan sama sekali. Banyak yang kurang mampu membedakan antara menulis laporan kejadian dengan menulis novel. Dalam novel ada berbagai macam faktor yang mendukung. Ada seting, karakteristik, dll Meski dalam contoh di post Tips Menulis Novel Gratis kali ini, Shirei enggak kasih semua faktor untuk masuk, tapi semoga tetap bisa dimengerti perbedaannya ⛔ Contoh salah : Syaira menangis, lalu mengambil tisu, kemudian mengelap air mata yang tumpah. Setelah tisunya basah, dia melemparnya ke tempat sampah. Hatinya begitu sedih hingga ia tak bisa berhenti menangis. —— Apa enggak ambyar itu feeling-nya? Si sana kayak pembaca berita lagi melaporkan kejadian penyebab terjadinya suatu peristiwa. Datar dan lurus tanpa emosi sama sekali. ⛔ Contoh salah 2 : Syaira mengeluarkan cairan sebening kristal dari matanya. Tetes demi tetes menyiratkan duka mendalam yang terus mengoyak jiwa. Sudah seminggu ini dia berbenguk. Bahkan helai putih terus teronggok di ranjang. Ia ingin mencuarkan darah dari nadi yang menjantang di tangannya. ——— Ini juga ambyar. Terlalu menyodorkam kosakata baru, kiasan-kiasan yang terlalu rapat satu sama lain bikin enggak fokus. Bahkan mungkin pembacanya perlu buka KBBI dulu supaya bisa memahami itu paragraf isinya apaan sih. Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan Banyak juga yang sering bingung kenapaa kok novelnya ‘garing’. Salah satu alasan karena kita terlalu berusaha mengatakan, bukan menunjukkan. Alias, kita terlalu TELL bukan SHOW. Di sisi lain, ada yang justru terlalu berpuitis, lalu kehilangan esensi cerita sebenarnya karena sibuk menyusun kata dan frasa indah seperti contoh nomor dua. Kita terlalu SHOW dan kurang lugas. Contoh 1 dan 2 menjelaskan ada beda signifikan antara terlalu Tell dan terlalu Show. Keduanya butuh KESEIMBANGAN. Contoh yang seimbang : TELL : Aguri lapar. Perutnya terasa keroncongan kala mencium aroma roti. Sayang, uangnya terbatas. SHOW : Air liur Aguri menetes kala mencium aroma roti yang menggelitik hidung. Perutnya merintih. Pemuda itu ingin sekali menyuapkan roti lembut itu ke mulutnya. Sayang sekali, saat ini ia tak punya uang sepeser pun. Ah … seandainya menjadi Makai Knight bisa menghasilkan uang juga, tentu ia tak kelaparan seperti ini. Aguri – Garo Yami o Terasu Mono. Jadi, meski orang-orang selalu mengatakan Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan, sekali lagi, buat Shirei itu namanya keseimbangan. Tujuan utama menulis novel adalah membuat pembaca terhanyut dengan cerita. Kalau terlalu puitis ya susah dicerna, kalau terlalu lugas ya susah diresapi. Kalau kata orang dulu … Yang sedang-sedang sajaaaa. (plak) Jadi, sekian post tentang Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan. Kalian suka tipe yang mana? Show? Tell? Gabungan?

Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan Read More »

Tipe-Tipe Cara Menulis Novel

Tipe-Tipe Cara Menulis Novel

Sering kali kita bingung, bagaimana caranya kalau mau menulis novel? Apakah harus disusun dan direncanakan dengan baik? Ataukan cukup berpatokan dengan ide dasar, selanjutnya bisa ngarang bebas sesukanya? Di Website Tips Menulis Novel Gratis ini, Shirei mencoba untuk mengupas tipe-tipe cara menulis novel yang Shirei tahu. Dengan mengetahui tipe-tipe tersebut, diharapkan teman-teman bisa memilih manakah yang paling cocok buat dipakai. Tipe-Tipe Cara Menulis Novel Sebelum, Shirei mulai, akan Shirei tegaskan bahwa cara-cara yang Shirei sebutkan bukanlah hal yang saklek alias kaku dan tak bisa diubah. Tips menulis novel berbeda dengan rumus matematika yang memiliki banyak aksioma. Kecuali kasus PUEBI dan KBBI, penulis bisa menyesuaikan diri dengan apa pun yang ia inginkan. Kenapa sih, kita harus mengetahui tipe-tipe Cara menulis novel ini? Soalnya, kalau nggak tahu cara yang cocok, maka biasanya akan banyak efek sampingnya. Contohnya : Terlalu banyak berpikir tentang apakah cara ini cocok untuk kita? Kenapa setiap kita menulis malah stuck dan tidak selesai? Bahkan bisa bosen di tengah jalaan. Untuk mencegah novel kita sampai tidak selesai, kita harus bisa menemukan cara menulis novel yang paling cocok dengan kepribadian kita. Berikut penjelasan (ala Shirei) tentang tipe-tipe Cara menulis novel ini : 🏵A. Tipe Menulis Spontan Tipe ini adalah tipe yang mengandalkan refleks dan intuisi selama menulis. Biasanya yang terlintas di kepala hanya karakter dan konflik utama. Setelah itu semua berjalan dengan sendirinya. Menulis tanpa patokan dan bahkan banyak yang belum tahu akan seperti apa akhir cerita. Penulis tipe ini mengandalkan karakter mereka untuk menggerakkan cerita. 🏵B. Tipe Menulis dengan Kerangka Detail Tipe yang biasanya menjabarkan masalah utama menjadi masalah-masalah kecil, dalam sebuah kerangka karangan. Setiap bab sudah diatur mau menulis apa saja hingga tamat. Penulis berjuang keras di awal memeriksa plot hole, dll, tapi nyaris santai saat eksekusi. 🏵C. Tipe Campuran Biasanya tipe ini menggunakan sistem tiga babak. Mereka hanya menentukan karakter, awalan, klimaks, dan akhir. Cerita akan berjalan dibimbing oleh keputusan karakter. Mereka punya pegangan, tapi tidak terlalu mengekang. Bisa saja berubah kalau dirasa perlu. 💖💖💖 Nah, setelah memahami kita lebih nyaman yang mana, baru deh kita lakukan hal itu dalam perencanaan novel. Jadi, teman-teman pakai tipe yang mana?  

Tipe-Tipe Cara Menulis Novel Read More »

error: Maaf, tidak diperkenankan klik kanan. Tautan akan terbuka langsung ke halaman baru.
Scroll to Top