Cara menjadi penulis terkenal

Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan

Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan

Shirei sering mendapatkan kalimat, “Kalau nulis novel tuh harus Show don’t Tell! Biar pembaca bisa meresapi apa yang terjadi.” Nah, apa sih Show don’t Tell itu? Kenapa dia begitu dikumandangkan ke seluruh penjuru bumi? Seberapa sakti dia untuk membuat novel kita menjadi lebih hidup? Ehehehe Postingan kali ini akan membahas tentang bagaimana cocoknya Show don’t Tell diterapkan dalam cerita. Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan Sederhananya, jika kita menulis novel, jangan serta merta menulis seperti urutan kejadian yang lurus tanpa ada hiasan sama sekali. Banyak yang kurang mampu membedakan antara menulis laporan kejadian dengan menulis novel. Dalam novel ada berbagai macam faktor yang mendukung. Ada seting, karakteristik, dll Meski dalam contoh di post Tips Menulis Novel Gratis kali ini, Shirei enggak kasih semua faktor untuk masuk, tapi semoga tetap bisa dimengerti perbedaannya ⛔ Contoh salah : Syaira menangis, lalu mengambil tisu, kemudian mengelap air mata yang tumpah. Setelah tisunya basah, dia melemparnya ke tempat sampah. Hatinya begitu sedih hingga ia tak bisa berhenti menangis. —— Apa enggak ambyar itu feeling-nya? Si sana kayak pembaca berita lagi melaporkan kejadian penyebab terjadinya suatu peristiwa. Datar dan lurus tanpa emosi sama sekali. ⛔ Contoh salah 2 : Syaira mengeluarkan cairan sebening kristal dari matanya. Tetes demi tetes menyiratkan duka mendalam yang terus mengoyak jiwa. Sudah seminggu ini dia berbenguk. Bahkan helai putih terus teronggok di ranjang. Ia ingin mencuarkan darah dari nadi yang menjantang di tangannya. ——— Ini juga ambyar. Terlalu menyodorkam kosakata baru, kiasan-kiasan yang terlalu rapat satu sama lain bikin enggak fokus. Bahkan mungkin pembacanya perlu buka KBBI dulu supaya bisa memahami itu paragraf isinya apaan sih. Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan Banyak juga yang sering bingung kenapaa kok novelnya ‘garing’. Salah satu alasan karena kita terlalu berusaha mengatakan, bukan menunjukkan. Alias, kita terlalu TELL bukan SHOW. Di sisi lain, ada yang justru terlalu berpuitis, lalu kehilangan esensi cerita sebenarnya karena sibuk menyusun kata dan frasa indah seperti contoh nomor dua. Kita terlalu SHOW dan kurang lugas. Contoh 1 dan 2 menjelaskan ada beda signifikan antara terlalu Tell dan terlalu Show. Keduanya butuh KESEIMBANGAN. Contoh yang seimbang : TELL : Aguri lapar. Perutnya terasa keroncongan kala mencium aroma roti. Sayang, uangnya terbatas. SHOW : Air liur Aguri menetes kala mencium aroma roti yang menggelitik hidung. Perutnya merintih. Pemuda itu ingin sekali menyuapkan roti lembut itu ke mulutnya. Sayang sekali, saat ini ia tak punya uang sepeser pun. Ah … seandainya menjadi Makai Knight bisa menghasilkan uang juga, tentu ia tak kelaparan seperti ini. Aguri – Garo Yami o Terasu Mono. Jadi, meski orang-orang selalu mengatakan Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan, sekali lagi, buat Shirei itu namanya keseimbangan. Tujuan utama menulis novel adalah membuat pembaca terhanyut dengan cerita. Kalau terlalu puitis ya susah dicerna, kalau terlalu lugas ya susah diresapi. Kalau kata orang dulu … Yang sedang-sedang sajaaaa. (plak) Jadi, sekian post tentang Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan. Kalian suka tipe yang mana? Show? Tell? Gabungan?

Menulis itu Menunjukkan, Bukan Mengatakan Read More »

20190919 100935 0000

Pentingnya Menuliskan Impian

Pengin jadi penulis terkenal? Pengin novelnya jadi film? Pengin punya banyak follower di Wattpad? Atau apa pun impian yang ingin kita capai di masa depan, sangat mungkin terjadi. Yang jadi masalah, gimana sih mewujudkan impian itu? Kali ini Shirei mau bahas tentang Pentingnya Menuliskan Impian Aduh, kenapa kudu ditulis, padahal kan cukup “punya” keinginan lalu dijalankan aja step by step-nya? Tentu saja bisa! Namun, ada dampak positif, lho menuliskannya! Jadi Pentingnya Menuliskan Impian akan kita bahas kali ini di Tips Menulis Novel Gratis. Percayakah jika impian itu sebaiknya tidak hanya dipikirkan, tapi juga DITULISKAN? Berikut beberapa alasan Pentingnya Menuliskan Impian Saat menulis impian atau target masa depan, alam bawah sadar kita akan merekam tulisan itu dan tanpa sadar berlari untuk mengejarnya. Apalagi jika impian itu kita tulis besar-besar dan selalu mudah terlihat sepanjang waktu. Misalnya ditempel di dinding atau di tempat yang selalu kita akses. Tak lupa kita harus berdoa kepada Allah dan tentu saja terus menjadi hamba Allah yang baik. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186). Shirei ada sharing sedikit. Doeloe kala, pas masih semester satu di UBINUS, Shirei dapat pelajaran Character Building. Di sana Shirei diminta menuliskan LIMA cita-cita. Saat itu Shirei nulis : Ingin menerbitkan dua komik di Elex sebelum tahun XXXX. Setelah itu, Shirei lupa. Shirei bahkan enggak nempelin tugas itu ke tembok kos seperti yang diperintahkan. Ketika selesai ngekos, mau beberes kos-kosan, Shirei nemu kertas tugas itu. Betapa terkejutnya pas ngeh kalau Shirei udah nerbitin dua komik di Elex seperti yang ditulis. Empat permintaan lainnya pun terkabul. Masya Allah. Jadi, sejak saat itu, Shirei selalu nulis IMPIAN TAHUNAN, IMPIAN 5 TAHUN, dan IMPIAN 10 TAHUN. Meski nggak 100% terkabul, tapi alhamdulillah ada yang selalu terlaksana. Jadi, yuk tulis impian kita, berdoa, dan yakin bahwa Allah akan mengabulkannya. Apa impian terbesarmu di dunia kepenulisan? Yuk, ditulis. Semoga post Pentingnya Menuliskan Impian ini membantu, ya. 😉  

Pentingnya Menuliskan Impian Read More »

error: Maaf, tidak diperkenankan klik kanan. Tautan akan terbuka langsung ke halaman baru.
Scroll to Top