Shirei entah kenapa justru sangat amat suka menulis adegan pertarungan. Rasanya kalau adegannya bertarung tuh, Shirei bisa mengerjakannya dengan sangat cepat. Sementara kalau adegan romansa atau yang baper-baper, Shirei cenderung lambat banget.
Adegan tarung bagi Shirei selalu jadi salah satu momen paling memacu adrenalin dalam novel. Entah itu duel satu lawan satu atau keroyokan. Tiap pukulan dan tendangan harus terasa nyata di pikiran pembaca. Apa harus memakai sistem Show don’t tell? Belum tentu. Nanti kita bahas pelan-pelan.
Berikut 5 cara praktis untuk menulis adegan aksi, termasuk situasi ketika tokoh utama dikeroyok, supaya setiap adegan laga terasa realistis dan penting.
Dalam bagian ini kita akan membongkar langkah demi langkah bagaimana menulis 5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan dari persiapan koreografi hingga editing akhir. Inilah struktur sederhana sebuah pertarungan.
Sebelum menulis, tetapkan tujuan pertarungan agar adegan tidak terasa acak dan random. Antara defensif dengan ofensif saja sudah beda cara, lho!
Pacing menentukan kecepatan cerita dan sensasi napas pembaca.
Adegan laga bukan sekadar visual. Tambahkan indra:
Dan gimana cara untuk menemukan visual aksi? Shirei biasanya ngumpulin dari video film / series / video bela diri. Tergantung kebutuhan. Meskipun saat ini Shirei nggak nulis cerita aksi, Beta Reader Shirei juga sering memberikan video-video aksi. Buat simpenan kapan-kapan. Eheheheh
Sample: Good Boy
Menulis adegan pertarungan keroyokan memerlukan struktur dan fokus.
“Saya akan kembalikan satu roti tadi. Tapi, izinkan saya pergi.”
Pria berambut keriting tak peduli akan tawaran yang diberikan dan langsung melompat ke depan. Tangan kanannya yang kekar mengayunkan kapak ke arah kepala Alf. Berniat membelahnya menjadi dua bagian tanpa belas kasihan.
Pemuda itu melompat mundur. Lagi-lagi debu yang berhamburan membuat tarikan napas tidak maksimal. Bebatuan yang tidak rata saat ia mendaratkan kaki, membuatnya limbung. Belum sempat ia mengatur kembali keseimbangan, pria botak dengan sigap menusukkan belati hitam berukir ke dadanya.
Tanpa perlu berpikir, Alf memutar tangan kanannya untuk menepis belati yang terhunjam. Ia menangkap pergelangan pria botak itu dan mendorongnya menjauh hingga belati hanya menyapa debu yang diterbangkan angin.
Sayang, belati tajam itu sempat menyayat satu kantong dan membuat air mengalir keluar. Ternyata tetap bisa sobek jika terkena benda tajam. Alf tak peduli dan langsung menenggak minumannya dengan cepat sambil terus berusaha menghindari serangan. Setidaknya ia memiliki tambahan tenaga. Keterampilannya untuk makan dan minum sambil bergerak kadang diperlukan di dunia macam ini.
“Berengsek!” Pria besar semakin berang. “Kepung dia!”
Tanpa menunda, mereka mengitari Alf dari empat arah. Keempatnya memastikan tidak akan ada satu makhluk pun yang bisa meloloskan diri hidup-hidup.
Alf berdecak. Gelenyar itu datang lagi mengaduk perutnya. Hawa gigil yang semestinya ia buang jauh-jauh delapan tahun lalu, kembali merambat datang. Ia bisa merasakan sekujur tubuhnya menegang saat adrenalin terpacu di tengah bahaya yang kini terasa mengancam jiwanya.
Sample: Deliverance – Dimensional Fugitive
Setelah selesai draft, baca ulang dengan kacamata pembaca baru:
Untuk melengkapi setting adegan tarung, pelajari juga cara membuat latar dan suasana dalam novel di artikel berikut:
🔗 Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel
Kalau masih ada yang mau ditanyakan, silakan drop komen, yaa!
5 Strategi Mengatasi Imposter Syndrome Hai! Coba jujur sama diri sendiri: Pernahkah kamu merasa, "Kok…
5 Strategi Menulis Review Buku di Instagram & TikTok yang Bikin Follower Kepo Halo,…
6 Cara Penulisan Angka dan Bilangan dalam Novel sesuai EYD 2025 Penulisan angka dalam novel…
Kamu tipe orang yang pake onomatope atau enggak? Buat yang masih bingung onomatope apaan, Onomatope…
4 Panduan Lengkap Beda Kata Depan dan Imbuhan Kalau mau di media sosial, kadang ada…
This website uses cookies.