Mungkin hampir semua orang tahu mereka tuh tipe yang night owl apa morning person [Atau yang always tired pigeon kayak Shirei—plak]. Akan tetapi, ternyata ada juga lho yang salah mengira dirinya sendiri. Selama ini dipikir night owl, eh ternyata morning person.
Dan ketika sadar kalau dia lebih produktif di pagi hari, akibatnya bisa langsung ngueeeeeng dalam berkarya di waktu istimewanya.
Menemukan waktu terbaik menulis itu seperti mencari kopi favorit, karena setiap orang punya selera berbeda. Kalau masih ragu, apakah kita ini night owl atau morning person, kita bisa lakukan percobaan sederhana ini, untuk tahu apakah kita lebih produktif menulis pagi atau malam.
Shirei melakukan eksperimen 7 hari pagi vs malam dan berikut caranya, langkah demi langkah. Kita langsung praktik, tanpa teori yang bikin pusing.
Di sini kita akan membahas waktu terbaik menulis lewat Eksperimen 7 Hari Pagi vs Malam tanpa pakai hasil riset jurnal serius, cuma observasi pribadi dan catatan produktivitas harian. Kalau kamu penasaran, siapin catatan dan stopwatch untuk ikutan eksperimen ini minggu depan!
Sebelum mulai, penting memahami bahwa energi menulis pagi vs malam sangat berbeda:
Kita sering dengar saran “tulis pagi-pagi sekali” atau “tulis di malam hari yang sunyi”. Namun, bukankah lebih baik kalau kita tahu sendiri mana waktu terbaik menulis untuk ritme tubuh kita? Karena misal, ritme kita pagi, tapi ternyata jadwal keseharian tidak memungkinkan, apa mau dikata?
Shirei memakai 5 langkah praktis ini untuk menjalankan eksperimen “pagi vs malam” selama seminggu:
Hari | Sesi Pagi | Sesi Malam |
---|---|---|
1 | 480 kata, fokus 4/5, gangguan: anak bangun | 520 kata, fokus 3/5, gangguan: notifikasi |
2 | 510 kata, fokus 5/5, tenang | 450 kata, fokus 2/5, gangguan: pikiran kacau |
… | … | … |
7 | 530 kata, fokus 4/5 | 500 kata, fokus 4/5 |
Dari tabel ini kita bisa melihat tren: kadang pagi lebih produktif, kadang malam lebih kreatif. Data itulah yang membantu menemukan waktu terbaik menulis, bukan sekadar asumsi.
Soalnya, kadang ada tugas yang mengharuskan kita aktif pagi, ada yang malam. Beda-beda. Namun, kita bisa ambil rata-rata per minggu sekaligus berusaha menghapus distraksi paling banyak.
Setelah Eksperimen 7 Hari Pagi vs Malam, Shirei mencatat:
Kesimpulan Sementara:
Untuk Shirei, energi menulis pagi vs malam menunjukkan pagi menawarkan sedikit keunggulan produktivitas dan konsentrasi. Namun, malam tetap ideal untuk naskah kreatif atau editing ringan . Suasana sepi membantu “mendengar” dialog tokoh dengan lebih lembut.
Setiap orang berbeda. Coba:
Nggak harus saklek, ya. Cuma biasanya memang yg diprioritaskan ini akan lebih cepat. At least ini berdasar pengalaman Shirei kalau lagi ngebut daily chapter di platform berbayar, nulis di pagi dan mikir ide di malam hari is works like a charm. hihihi
Intinya, setelah eksperimen, tetapkan jadwal menulis yang sesuai dengan pola energi, misalnya:
“Mulai pukul 06.00–07.00 untuk naskah baru, lalu pukul 21.00–21.30 untuk revisi ringan.”
Cara ini memaksimalkan both productivity and creativity.
Trus gimana yang cuma bisa 1x waktu nulis?
Dari hasil percobaan di atas, pilih yang paling optimal untuk menulis. Pakai. Maka Shirei memutuskan menjadi morning person [mencoba keluar dr Always tired Pigeon. ahaha]
Butuh panduan anti-prokrastinasi ? Cek artikel Shirei yang ini:
🔗 Cara Jitu Anti-Prokrastinasi dan Writers Block Sebelum Menulis
Dengan melakukan contoh di artikelWaktu Terbaik Menulis: Eksperimen 7 Hari untuk Hasil Maksimal, kita tak lagi bergantung saran umum. Kita tahu sendiri kapan otak kita paling siap menuangkan kata.
Yuk, coba minggu ini!
Atau kamu sudah yakin masuk tim yang mana?
5 Cara Bikin Tokoh Kompleks dengan Layering Karakter Banyak yang bilang, menulis karakter itu sulit.…
Temukan 5 ritual anti-prokrastinasi sebelum menulis yang jarang dibahas! Baca sekarang!
5 Filosofi Samurai untuk Mengatasi Burnout Dulu Shirei tipe yang nggak percaya adanya burnout. Shirei…
5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan Shirei entah kenapa justru sangat amat suka menulis…
7 Cara Mengoptimalkan Cuaca dalam Novel Cuaca bukan sekadar latar belakang. Ia bisa jadi unsur…
Menulis prolog kadang terasa menakutkan. Jangankan mulai menulis, baru mikir ‘enaknya pakai prolog atau tidak’…
This website uses cookies.