Dapat request dari teman di KLIP [Kelas Literasi Ibu Profesional]. Semoga bermanfaat, ya!
Mendeskripsikan latar dan suasana adalah seni yang sebenarnya susah-susah gampang. Kita sering kali dihadapkan pada dilema: bagaimana caranya menggambarkan tempat dan suasana yang jelas tanpa membuat pembaca bosan?
Deskripsi yang terlalu panjang bisa membuat pembaca kehilangan minat, tetapi deskripsi yang terlalu dangkal dapat membuat cerita terasa hampa. Bahkan bisa kena yang disebut white room syndrome. Alias, pembaca nggak ada bayangan si Tokoh lagi ada di mana.
Dalam artikel ini, kita akan membahas cara mendeskripsikan latar dan suasana dengan efektif dan menarik dalam menghidupkan cerita.
Latar dan suasana jangan biarkan jadi sekadar dekorasi dalam cerita. Keduanya adalah elemen yang membantu pembaca memahami dunia tempat cerita berlangsung dan merasakan emosi di dalamnya.
Latar membantu pembaca memahami di mana dan kapan cerita terjadi, sementara suasana memberikan keterikatan dan empati yang melingkupi adegan tersebut. Jika kita berhasil memadukan keduanya, pembaca nggak hanya membaca cerita kita, tetapi juga merasakan dunia ciptaan kita dan mengalami kejadian seperti tokoh-tokoh kita.
Kita cenderung terlalu fokus pada apa yang terlihat ketika mendeskripsikan latar. Padahal, dunia di sekitar kita juga hidup lewat suara, bau, rasa, dan sentuhan. Menggunakan kelima indra dapat membuat deskripsi kita lebih hidup dan realistis.
Contoh sederhana:
Deskripsi seperti ini tidak hanya menggambarkan apa yang terlihat, tetapi juga membawa pembaca “merasakan” lingkungan tersebut. Bayangkan mereka mencium aroma khas roti atau membayangkan keinginan untuk ikut makan roti mentega. Kombinasi indra akan membuat latar terasa nyata.
Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan adalah memisahkan deskripsi latar dari plot. Akibatnya, deskripsi terasa seperti sekumpulan teks yang tidak bergerak, sehingga pembaca tergoda untuk melewatinya. Shirei sering skip seting gara-gara ini. T_T
Solusinya adalah mengintegrasikan deskripsi dengan tindakan karakter.
Contoh:
Deskripsi ini tidak hanya memberikan informasi tentang ruangan, tetapi juga memadukannya dengan plot yang melibatkan karakter. Pembaca akan merasa lebih terhubung dengan adegan tersebut.
Metafora dan perumpamaan adalah senjata ampuh untuk membuat deskripsi kita lebih memikat. Dengan membandingkan sesuatu dengan hal lain yang familiar, kita dapat memancing imajinasi pembaca tanpa harus memberikan detail yang terlalu panjang.
Contoh:
Metafora nggak cuma membantu pembaca membayangkan latar, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih dalam. Gunakan perumpamaan yang sesuai dengan mood cerita kita.
Pemilihan diksi adalah kunci untuk menciptakan suasana yang tepat. Kata-kata yang kita pilih harus mencerminkan feel yang ingin kita sampaikan. Misalnya, untuk menciptakan suasana tegang, gunakan kata-kata pendek dan tajam seperti “dingin,” “sunyi,” atau “menusuk.” Sebaliknya, untuk suasana damai, gunakan kata-kata lembut seperti “hangat,” “berembus,” atau “tenang.”
Contoh:
Perhatikan bagaimana pilihan kata seperti “merindukan” dan “menggigit” menciptakan suasana yang lebih kuat dibandingkan deskripsi yang biasa. Ini satu dari Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel yang buat Shirei paling menyenangkan buat diulik. Heheh
Mendeskripsikan setiap elemen di latar bisa menjadi jebakan. Kita mungkin tergoda untuk menggambarkan setiap sudut ruangan, setiap warna daun di hutan, atau setiap suara di pasar. Namun, terlalu banyak detail bisa membuat pembaca merasa kewalahan dan bosan. Sebaliknya, pilih detail yang paling relevan dengan cerita atau suasana yang ingin kita bangun.
Contoh:
Deskripsi ini tidak hanya memberikan informasi tentang latar, tetapi juga menyiratkan sesuatu tentang karakter—mungkin dia sibuk, lelah, atau terjebak dalam pekerjaannya.
Deskripsi yang terlalu panjang dapat mengganggu tempo cerita, terutama di adegan yang penuh aksi. Saat cerita sedang menegangkan, gunakan deskripsi singkat dan tajam untuk mempertahankan intensitas. Sebaliknya, di adegan yang lebih lambat, kita bisa mengambil waktu untuk menggambarkan latar secara mendalam.
Contoh:
Dengan menyesuaikan panjang dan detail deskripsi dengan tempo cerita, kita dapat menjaga perhatian pembaca tanpa mengorbankan suasana.
Mendeskripsikan latar dan suasana bukan hanya soal menggambarkan tempat, tetapi juga soal menciptakan pengalaman yang menyentuh pembaca. Dengan memanfaatkan indra, aksi, metafora, dan diksi yang tepat, kita bisa membuat dunia cerita kita terasa hidup dan memikat. Ingatlah untuk memilih detail yang relevan dan menjaga tempo cerita agar pembaca tetap terhubung.
Mulailah dengan deskripsi sederhana hari ini, dan lihat bagaimana cerita kita menjadi lebih hidup dan penuh warna. Jangan takut mencoba hal baru—kita akan terkejut dengan hasilnya!
Kalau ada yang mau ditanyakan, silakan komen, yaaa
Menulis novel kadang dianggap pekerjaan kreatif yang penuh aturan baku. Banyak penulis pemula terjebak dalam…
Dalam dunia blogging, ada satu nasihat yang sering terdengar: "Buat artikel yang SEO friendly dan…
Kamu nggak pengin kejebak di 5 Kebiasan Penulis Gagal yang Jangan Ditiru, kan? Di postingan…
Pengin tahu 5 Alasan Blog Sepi Pengunjung? Shirei punya solusi cerdas masalah ini. Yuk, disimak…
Tip Merancang Planner Tahunan 2025 untuk Penulis agar tahun 2025 kamu lebih produktif
Sampai sekarang, Shirei masih terus belajar soal menulis novel. Ada kebiasaan-kebiasaan yang harus Shirei akui,…
This website uses cookies.