Menulis novel kadang dianggap pekerjaan kreatif yang penuh aturan baku. Banyak penulis pemula terjebak dalam mitos yang membuat proses menulis terasa sulit dan membatasi kreativitas. Dalam artikel ini, kita akan membongkar lima mitos paling sering Shirei dengar tentang menulis novel yang selama ini dipercaya banyak orang.
Tinggalkan mitos ini dan kita akan menemukan kebebasan serta kenikmatan dalam menulis!
Inilah
Kenyataannya: Tidak semua penulis membutuhkan outline.
Banyak buku panduan menulis menekankan pentingnya membuat outline sebelum mulai menulis. Sebagian besar penulis pemula akhirnya menghabiskan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan hanya untuk menyusun outline yang sempurna. Ketika akhirnya mulai menulis, mereka merasa terikat dengan outline tersebut dan kehilangan fleksibilitas untuk mengembangkan cerita secara bebas.
Namun, ada dua tipe penulis:
Tidak ada metode yang salah. Jika kamu merasa nyaman menulis tanpa outline, itu tidak masalah. Kabarnya, beberapa penulis terkenal seperti Stephen King adalah pantser sejati. Mereka mulai dengan premis sederhana, lalu membiarkan cerita mengalir.
Tip:
Kenyataannya: Draf pertama adalah tempatmu membuat kesalahan.
Salah satu kesalahan terbesar penulis adalah mencoba membuat setiap kalimat sempurna saat pertama kali menulis. Kita menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merangkai satu paragraf, yang pada akhirnya malah membuat mereka kehilangan feeling sama cerita sendiri.
Draf pertama adalah langkah awal, tempat untuk menuangkan ide mentah ke atas kertas. Tulisan ini tidak perlu sempurna. Bahkan, draf pertama sering kali penuh dengan kekurangan: plot bolong, dialog kaku, atau deskripsi yang terlalu panjang.
Banyak penulis profesional menegaskan pentingnya membuat “draf pertama yang jelek.” Revisi adalah bagian penting dari proses menulis, di mana kamu bisa memperbaiki dan mempercantik tulisanmu.
Tip:
Kenyataannya: Karakter utama tidak harus disukai, tapi harus menarik.
Banyak penulis merasa bahwa protagonis mereka harus sempurna, selalu baik hati, dan tanpa cacat agar pembaca menyukainya. Faktanya, karakter yang terlalu sempurna justru membosankan dan nggak terasa nyata.
Pembaca lebih suka karakter yang memiliki kelemahan, konflik internal, dan perkembangan. Karakter yang terasa manusiawi, dengan segala kekurangannya, jauh lebih menarik daripada karakter “sempurna” yang terasa seperti robot.
Ini 5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi yang Shirei rasakan. Kayak… takut protagonisnya kalau sampai nyebelin. Takut pembaca mengambil hikmah yang salah. Namun, akhirnya, Shirei berpikir, ini balik ke tujuan menulis itu sendiri. Apakah meskipun protagnya ngeselin, dia bisa membawa hikmah positif bagi pembaca?
Misal, kayak Fathiya – Labuhan Hati Antara Kau dan Dia , Si Fathiya ini bener-bener bikin pembaca maki-maki dia. Ahahah Namun, memang ada tujuan Shirei menulis demikian dan semoga benar-benar bisa membawa hikmah. Aamiin.
Tips:
Kenyataannya: Plot sederhana yang dieksekusi dengan baik jauh lebih efektif.
Banyak penulis percaya bahwa cerita mereka harus penuh dengan plot twist, subplot, dan konflik yang berlapis-lapis agar dianggap sebagai novel yang bagus. Namun, terlalu banyak elemen justru bisa membuat cerita terasa membingungkan dan kehilangan fokus.
Beberapa novel terbaik sepanjang masa memiliki plot yang sederhana:
Yang membuat novel tersebut luar biasa bukan kerumitan plotnya, melainkan cara penulis menggali emosi dan konflik manusia dalam cerita mereka.
Tip:
Kenyataannya: Inspirasi muncul saat kamu mulai bekerja.
Berapa kali kamu menunggu “mood” untuk menulis, tapi akhirnya malah tidak menghasilkan apa-apa? Menunggu inspirasi adalah salah satu mitos paling berbahaya bagi penulis.
Penulis profesional tahu bahwa inspirasi bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Inspirasi adalah hasil dari disiplin. Ketika kamu menetapkan jadwal menulis yang konsisten, otakmu akan terlatih untuk menghasilkan ide meskipun kamu merasa tidak mood.
Stephen King menulis setiap hari, bahkan ketika ia tidak merasa termotivasi. Menurutnya, menulis adalah pekerjaan, dan seperti pekerjaan lainnya, kamu harus melakukannya secara konsisten.
Tip:
Menulis novel adalah proses yang penuh tantangan, tapi itu tidak berarti kita harus terjebak oleh mitos-mitos yang tidak relevan. Menulis tidak membutuhkan aturan kaku, melainkan keberanian untuk bereksperimen dan berkembang.
Tinggalkan mitos-mitos di atas, dan Insyaallah kita akan menemukan bahwa menulis novel bukan hanya tentang menciptakan karya, tapi juga tentang menikmati perjalanan kreatif itu sendiri.
Apakah kamu masih percaya salah satu mitos di atas? Lalu bagaimana kamu mengatasinya?
Dalam dunia blogging, ada satu nasihat yang sering terdengar: "Buat artikel yang SEO friendly dan…
Kamu nggak pengin kejebak di 5 Kebiasan Penulis Gagal yang Jangan Ditiru, kan? Di postingan…
Pengin tahu 5 Alasan Blog Sepi Pengunjung? Shirei punya solusi cerdas masalah ini. Yuk, disimak…
Tip Merancang Planner Tahunan 2025 untuk Penulis agar tahun 2025 kamu lebih produktif
Sampai sekarang, Shirei masih terus belajar soal menulis novel. Ada kebiasaan-kebiasaan yang harus Shirei akui,…
Jumpa lagi postingan tahunan Shirei yakni Aliran Rasa Klip 2024! Alhamdulillah tahun ini Shirei juga…
This website uses cookies.
View Comments
Iya bangeeettt ka Shirei..
Kalau baca novel atau nonton drama, pasti suka kalo karakter utamanya justru penuh cela.
Karena dari sinilah proses itu dimulai. Paling demen lagi kalau penulisnya bikinnya sangat realistis. Meski endingnya gak langsung berubah, konsistensi dalam menuliskan cerita ini akan memperkuat story line sebuah cerita.