Ada banyak cara untuk mengakhiri novel yang kita tulis. Mau itu berakhir bahagia, sedih, atau akhir yang terbuka supaya pembaca bisa mengkhayalkan ceritanya sendiri. Shirei pribadi paling suka menulis dan membaca novel yang memiliki akhir bahagia. Soalnya di tengah udah menderita. Kalau sampai akhir tetap menderita rasanya kok mengenaskan. Ahahaha Tentu saja, tidak ada larangan untuk membuat akhir tragis dan menyedihkan hingga menguras air mata pembaca hingga kisah novel kita pun terasa nyata. Akhir seperti ini biasanya akan lebih diingat karena umumnya memberi dampak lebih besar daripada akhir yang bahagia.
Kita bukan akan membahas tiga tipe ending cerita, tapi lebih ke
Ending seperti apa yang tetap bisa diterima pembaca meskipun pada akhirnya hero / heroine tidak berakhir bahagia. Bagaimana menyusun akhir kisah yang membuat pembaca merasa puas dan tidak berpikir bahwa karya yang kita tulis ‘nggak jelas.
Ini mungkin ada sedikit gambaran tentang pengertian akhir cerita yang bagus versi Shirei.
Buat yang nggak bisa membuka gambar, Shirei salinkan tulisannya.
Akhir yang baik adalah akhir yang masuk akal dan menyelesaikan semua masalah yang dijabarkan di awal cerita. Pembaca juga akan menghapuskan semua pertanyaan dari kepala saat membaca novel yang kita tulis. Bahkan ending yang sangat baik adalah akhir yang akan dikenang pembaca hingga nanti.
Nah, Lalu bagaimana sih membuat akhir yang baik itu?
Pertama-tama, dilansir dari laman Masterclass, yang harus diingat ada empat hal yang membuat sebuah akhir novel menarik :
1. Resolusi:
Akhir cerita harus selalu merangkum dan menyelesaikan konflik utama yang kita susun di awal novel. Seorang pembaca harus memiliki perasaan bahwa ceritanya sudah selesai.
2. Transformasi:
Tidak hanya plot yang selesai, karakter utama pun harus BERUBAH menjadi sesuatu yang berbeda daripada bagaimana mereka ada di awal cerita. Entah semakin baik atau semakin buruk, semua tergantung pada cerita. Yang jelas, perubahan ini penting karena di sinilah pembaca akan merasakan perjuangan pemeran utama telah mendapatkan ‘hasil’. Jadi ini adalah Cara Membuat Akhir / Ending Novel yang Baik
3. Ketegangan:
Ketika mau menuju akhir, pembaca sebaiknya dibuat setegang mungkin di konflik utama. Hingga saat pembaca masuk ke bagian akhir, kepuasan itu melonjak! Seperti saat kita menonton pertandingan bulutangkis di mana draw di akhir pukulan. Begitu kemenangan tiba, rasanya SUPER sekali daripada yang sejak awal sudah memimpin di depan.
4. Kejutan:
Banyak yang suka akhir yang mengejutkan. Namun, bagi Shirei, tidak bisa membuat plot twist pun tak mengapa. Karena cerita yang baik tidak ditentukan oleh banyaknya plot twist. Namun, bagaimana kisah kita bisa membuat pembaca bertahan membaca sampai akhir dan merasakan kepuasan
💖💖💖
Setelah mengetahui empat alasan akhir novel kita dinilai baik, sekarang kita bergerak ke
1. Pastikan kita tahu akhir sebelum mulai menulis
Gimana kalau tipe pantser yang maunya langsung nulis nggak pakai plotting?Â
Enggak pakai plotting bukan berarti nggak ada perencanaan. Umumnya, cerita yang sudah diketahui akhirnya akan lebih mudah disusun daripada yang sambil jalan. Mengurangi kemungkinan plot hole, juga masalah yang tidak selesai.
Coba dibayangkan kita mau jalan, tapi nggak tahu mau ke mana. Akhirnya cuma muter-muter ngabisin bensin, tapi nggak tahu mau ke mana. Tiba-tiba pengin ke Bandung, eh, lupa bawa koper misalnya.
Berbeda kalau kita mau ke Surabaya. Kita bisa mengecoh pembaca berpura-pura mau Ke Jogja ternyata lanjut ke Surabaya. Semacam itulah.
Tidak perlu kerangka detail kalau kamu termasuk penulis pantser. Namun, setidaknya, mengetahui apa akhir ceritamu akan sangat membantu
2. Pastikan karakter amat menderita di klimaks cerita
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa semakin ketegangan memuncak, kemenangan akan terasa semakin manis
3. Pastikan karakter berubah
Jika kamu tidak terbiasa membuat plot sebelum menulis, setidaknya buat sebaik mungkin karakter novelmu, bahkan yang karakter antagonisnya. Karakter tidak harus menjadi lebih baik, bisa saja dia meninggal atau bahkan masuk penjara. Namun, karakter ini HARUS BELAJAR menjadi sesuatu yang baru karena perjalanannya selama bertualang di dunia novel yang kita tulis.
Perubahan ini sebaiknya signifikan, mencolok, dan terasa penting bagi cerita.
Misal di kisah Asam Garam Asa dan Gara, Gara si Pembunuh bayaran pas akhir berubah jadi sosok yang berjuang menjadi suami yang saleh. Demikian Asa yang korban rudapaksa hingga trauma pada laki-laki, akhirnya berjuang menjadi istri yang salehah.
4. Pastikan semua masalah selesai
Kalau kamu tipe pantser, tiap ada masalah, tolong dicatat. Jadi kalau masalah tersebut selesai, beri ceklis. Jangan sampai pas ending masih ada misteri yang tidak terselesaikan.
5. Pastikan akhirnya tidak memaksa
Banyak akhir yang berujung memaksakan cerita demi plot twist. Misal tadinya sepanjang cerita A mau dijodohkan dengan B. Tiba-tiba tanpa petunjuk apa-apa, hanya karena ingin membuat ending yang mengejutkan, kita membuat A jadian sama C. Padahal belum pernah ada latar belakang bagaimana C bisa mungkin jadian sama A. Akhirnya cerita jadi terasa memaksakan dan janggal.
6. Tidak perlu sampai happily ever after
Kadang, kita nggak perlu membuat akhir yang sampai punya anak. Kadang, untuk kisah romansa, cukup sampai lamaran pun boleh. Intinya, jangan terlalu mengekang pikiran pembaca, Biarkan mereka berkreasi sendiri akan akhir ceritanya.
💖💖💖
Kamu suka akhir novel yang bagaimana?
Happy end?
Sad end?
Gantung end? Ahahahah
Pengin tahu 5 Alasan Blog Sepi Pengunjung? Shirei punya solusi cerdas masalah ini. Yuk, disimak…
Nggak berasa, tahun 2025 tinggal hitungan hari. Perasaan Shirei, tahun 2024 tuh kayak wuzz banget,…
Sampai sekarang, Shirei masih terus belajar soal menulis novel. Ada kebiasaan-kebiasaan yang harus Shirei akui,…
Jumpa lagi postingan tahunan Shirei yakni Aliran Rasa Klip 2024! Alhamdulillah tahun ini Shirei juga…
Agak kaget pas Shirei di Wattpad, beli paid story, tapi isinya kayak belum diedit. Vibe…
Pernah nggak sih kita tuh ngefans banget sama tokoh fiksi? kayak Shirei yang nggak bisa…
This website uses cookies.