Menjadi penulis yang bukunya diterbitkan penerbit mayor itu impian banyak orang. Tapi, kadang rasanya kayak mimpi di siang bolong, ya? Saingan banyak, naskah numpuk, dan kita nggak tahu apa yang bikin naskah kita dilirik. Nah, tenang dulu. Shirei punya 7 tips lolos seleksi penerbit mayor yang bisa kamu terapkan. Shirei jujur nggak bisa jamin kalau ini akan works 100%, tapi setiap Shirei lolos di penerbit mayor walau tanpa punya ‘nama’ populer, Shirei belajar. Semoga teman-teman juga berhasil, ya!
“Menerbitkan buku adalah maraton, bukan sprint. Kualitas, konsistensi, dan strategi akan mengantarkanmu ke garis akhir.”
Ini adalah langkah pertama yang paling sering diremehkan. Kamu mungkin merasa naskahmu sudah keren banget, tapi apakah naskahmu cocok dengan selera penerbit yang kamu tuju? Setiap penerbit mayor punya “gaya selingkung” atau genre favorit masing-masing.
Misalnya, Penerbit A mungkin kuat di genre fiksi remaja dan self-improvement.
Sementara Penerbit B lebih fokus ke genre non-fiksi berat atau fiksi sastra. Mengirim naskah fiksi remaja ke penerbit yang spesialisasinya buku sejarah sama saja bunuh diri.
Jadi, sebelum kirim, lakukan dulu riset mendalam. Kunjungi situs web mereka, cek katalog buku mereka di toko buku, dan ikuti media sosial mereka. Dengan begitu, kita tahu ke mana naskahmu harus berlabuh.
Kalau mau lebih dalem risetnya, kita bisa:
Baca buku-buku terbitan mereka. Nggak cuma sampul, tapi juga style redaksi, panjang bab, dan tone cerita.
Perhatikan katalog: apakah penerbit tersebut sering terbitkan fantasi YA, atau lebih kental fiksi dewasa?
Cek syarat submit di website resmi mereka (biasanya ada panduan format naskah). Kalau ragu, hubungi bagian editorial lewat email resmi.
Kalau naskah kita cocok dengan daftar terbit mereka, peluang lolos otomatis naik. Kalau nggak cocok, mending cari penerbit lain yang sesuai, atau ubah pitch dan tone naskah agar lebih sesuai.
Kedengarannya sepele, tapi ini sering jadi jebakan. Banyak penulis yang nggak sabar dan buru-buru kirim naskah padahal belum selesai atau masih setengah jadi. Pihak redaksi penerbit mayor tidak akan tertarik pada proposal naskah yang belum rampung. Mereka perlu melihat keseluruhan cerita, alur, dan ending-nya.
Selesaikan naskahmu, lalu biarkan istirahat sejenak. Anggap saja kayak ngurusin tanaman, dia butuh waktu untuk tumbuh. Setelah beberapa hari atau minggu, baca lagi dengan mata “editor”. Cari kesalahan ejaan, tanda baca, dan alur yang bolong. Jangan sampai naskah kita ditolak hanya karena masalah teknis yang sebetulnya bisa kita perbaiki sendiri.
Penerbit mayor nggak cuma lihat cerita. Mereka banyak yang melihat kesiapan naskah. Siap terbit berarti:
Format rapi (margin, spasi, font standar).
Cover letter/one-page synopsis singkat dan menjual (1 halaman), plus sinopsis panjang (1–2 halaman).
Bab pembuka yang kuat (biasanya 3 bab pertama/10–20 halaman).
Proofreading tuntas: typo sedikit saja bisa bikin editor menghela napas.
Kata kuncinya: kelengkapan. Kalau naskah kita terasa belum matang, lebih baik edit lagi daripada kirim dalam kondisi “setengah jadi”.
Sinopsis itu bukan ringkasan cerita. Sinopsis adalah jebakan bagi editor agar mereka penasaran dan mau membaca naskahmu. Kamu cuma punya satu halaman (atau bahkan lebih pendek) untuk menjual seluruh isi naskahmu. Jadi, buatlah sinopsis yang:
Ingat, sinopsis adalah tips lolos seleksi penerbit mayor yang paling penting. Kalau sinopsisnya nggak menarik, naskahmu mungkin nggak akan pernah dibuka.
Untuk detail soal sinopsis bisa dibaca di Pentingnya menulis sinopsis utuh yang baik Atau kalau masih bingung, bisa ambil mentoring materi Shirei yang mengupas tuntas soal Sinopsis ini.
Pernah dengar “Jangan ikut tren, buat yang lo suka”? Itu hampir bisa dibilang nggak berlaku kalau mau lolos seleksi penerbit mayor. Umumnya mereka cari marketable + authentic. Jadi, kita harus nge-blend antara idelisme dengan permintaan pasar.
Penerbit selalu mencari sesuatu yang baru. Jadi, coba tanyakan pada diri sendiri:
Ide yang unik dan segar punya peluang lebih besar untuk dilirik. Tunjukkan pada penerbit bahwa kita punya ide yang belum pernah ada di pasaran, atau setidaknya, kamu punya cara penceritaan yang berbeda. Selain itu, sebutkan target pembaca yang spesifik. Misalnya, “Buku ini ditujukan untuk pembaca remaja usia 15-20 tahun yang menyukai cerita fantasi dengan bumbu romansa.” Ini akan membantu editor menilai potensi pasar naskahmu.
Penerbit mayor biasanya punya tim redaksi yang besar dengan selera yang berbeda-beda. Beberapa editor mungkin lebih suka cerita dengan alur cepat, sementara yang lain lebih menyukai narasi yang dalam. Kalau memungkinkan, coba cari tahu siapa editor yang cocok untuk naskahmu. Kamu bisa melihat siapa editor di buku-buku yang mirip dengan naskahmu.
Membangun hubungan baik dengan editor, meskipun hanya lewat email, bisa sangat membantu. Tunjukkan bahwa kamu penulis yang profesional dan mau diajak kerja sama. Ini adalah bagian dari tips lolos seleksi penerbit mayor yang sering dilupakan.
Bangun juga brandingmu di media sosial. Jangan terlalu banyak mengeluhkan editor sebelumnya [jika kita pernah menerbitkan buku]. Tentu editor berikutnya khawatir kelak juga akan dighibahi.
Setiap penerbit punya aturan pengiriman yang berbeda. Ada yang meminta dikirim via email, ada yang lewat formulir online, dan ada juga yang masih menerima dalam bentuk cetak. Pastikan membaca semua aturan itu dengan teliti.
Selain itu, tunjukkan profesionalitasmu dalam setiap aspek. Ini termasuk:
JudulNaskah_Namamu.docx
.Menerapkan 7 tips lolos seleksi penerbit mayor ini memang butuh kerja keras, tapi hasilnya sebanding. Jadi, jangan menyerah!
Jangan Jadikan Penolakan sebagai Akhir Segalanya
Ini mungkin tips lolos seleksi penerbit mayor yang paling berat secara emosional. Ditolak itu biasa. Banyak penulis best-seller pun punya koleksi surat penolakan. Shirei pun demikian.
Jangan Personal: Penolakan bukan berarti kamu atau karyamu buruk. Bisa jadi tidak cocok dengan selera pasar saat itu, kuota penerbit sudah penuh, atau banyak faktor lain.
Evaluasi: Jika ada masukan dari editor, jadikan itu emas! Itu adalah feedback berharga untuk perbaikan.
Coba Lagi dan Coba Lain: Jika ditolak satu penerbit, evaluasi, perbaiki, dan kirim ke penerbit lainnya. Atau, kamu bisa coba cara lain agar diterima penerbit besar seperti mengikuti lomba menulis.
Ikuti Kompetisi Menulis atau Muat di Media Dulu
Jalan menuju penerbit mayor tidak selalu langsung. Ada jalur alternatif yang bisa memperkuat portofoliomu.
Ikuti Lomba Cipta Cerpen atau Novel: Banyak penerbit besar yang menyelenggarakan lomba. Menang atau jadi finalis adalah tiket langsung untuk diterbitkan. Ini adalah strategi lolos seleksi penerbit yang sangat terhormat. Dua dari tujuh novel Shirei masuk penerbit mayor jalur ini.
Kirim Cerpen ke Media: Jika karya kita dimuat di koran atau majalah ternama, itu bisa menjadi credential yang bagus saat mengajukan naskah novel. Ini menunjukkan bahwa kualitas tulisan kita sudah terfilter oleh media terpercaya.
Konsisten Menulis dan Mengembangkan Diri
Terakhir dan yang terpenting: jangan berhenti di satu naskah. Teruslah menulis. Semakin banyak kamu menulis, semakin terasah skill-mu. Ikuti workshop, baca buku teori menulis, dan baca banyak buku-buku berkualitas untuk memperkaya gaya bahasamu.
Konsistensi menunjukkan komitmen kita pada dunia kepenulisan. Editor akan lebih respect pada penulis yang terus produktif dan menunjukkan perkembangan.
Lolos seleksi penerbit mayor adalah gabungan dari kualitas naskah, strategi pengiriman, mentalitas yang tangguh dan TAKDIR. Tujuh tips di atas adalah panduan praktis untuk membantumu mewujudkannya. Ingat, setiap penulis best-seller hari ini pernah ada di posisimu. Kuncinya adalah action!
Yuk, mulai praktikkan tips-tipsnya. Perbaiki naskahmu, riset penerbitnya, dan kirim dengan percaya diri. Siapa tahu, kamu adalah penulis berikutnya yang berhasil lolos seleksi dan melihat bukumu terpajang di toko buku kesayangan!
5 Strategi Mengatasi Imposter Syndrome Hai! Coba jujur sama diri sendiri: Pernahkah kamu merasa, "Kok…
5 Strategi Menulis Review Buku di Instagram & TikTok yang Bikin Follower Kepo Halo,…
6 Cara Penulisan Angka dan Bilangan dalam Novel sesuai EYD 2025 Penulisan angka dalam novel…
Kamu tipe orang yang pake onomatope atau enggak? Buat yang masih bingung onomatope apaan, Onomatope…
4 Panduan Lengkap Beda Kata Depan dan Imbuhan Kalau mau di media sosial, kadang ada…
5 Cara Bikin Tokoh Kompleks dengan Layering Karakter Banyak yang bilang, menulis karakter itu sulit.…
This website uses cookies.