Banyak yang bilang, menulis karakter itu sulit. Benarkah? BENAR! [plak]
Soalnya, manusia itu kompleks. Dan membuat ‘tiruannya’ versi cerita aja juga kompleks, lho! Masyaallah banget Allah SWT menciptakan manusia dengan segala kelebihan, kekurangan, juga sifat-sifat njlimetnya. Sementara kita yang hanya mengambil sejumput saja sudah sulit.
Namun, semoga artikel kali ini bisa membantu teman-teman untuk bisa membuat karakter yang kompleks tanpa merasa terbebani, ya!
Menulis karakter yang hidup itu bukan soal menempelkan 3–5 sifat ke satu nama. Kita butuh layering karakter.
Apa itu layering karakter?
Leyering karakter adalah teknik menaruh lapisan kepribadian yang terungkap perlahan, sehingga pembaca merasa mengenal tokoh itu seperti orang nyata. Di artikel ini Shirei akan membongkar langkah praktis layering karakter, lengkap dengan contoh, latihan cepat, dan checklist yang bisa langsung kamu pakai.
Layering karakter adalah proses menyusun beberapa “lapis” sifat, kebiasaan, trauma, dan pilihan moral sehingga tokoh terasa kompleks. Alih-alih memberi label (mis. “pendiam”), kita menaruh elemen yang menjelaskan mengapa tokoh pendiam itu bertindak demikian. Kita tidak secara blak-blakan bilang “Alf yang pendiam”, tapi kita membuka alasan itu perlahan lewat adegan.
Kenapa kita pakai layering karakter?
Sebelum masuk teknik, kenali komponen yang membentuk setiap lapis:
Susun lapisan ini dan kamu sudah memulai layering karakter dengan solid.
Berikut langkah terapan yang Shirei pakai tiap kali bikin tokoh. Praktikkan satu-satu, jangan langsung semuanya sekaligus.
Tulis satu kalimat yang menangkap inti tokoh. Contoh:
“Fathiya punya trauma berat karena selalu di gaslighting ibunya.”
Core sentence ini akan jadi jangkar saat kamu menambah lapisan lain.
Pilih tiga kebiasaan yang muncul berulang di adegan. Kebiasaan ini adalah “fingerprint” tokoh.
Latihan cepat: tulis 3 cue untuk tokohmu — mis. (1) memainkan bros dagu, (2) menggigit bibir bawah, (3) selalu mengulang kata “maaf”.
Jangan sambungkan semuanya ke trauma besar; trauma kecil pun cukup kuat. Pastikan trauma itu relevan dengan konflik utama novel. Di sini kamu memakai backstory untuk memperkuat layering karakter.
Contoh: Trauma kehilangan → takut ambil risiko dalam cinta → memunculkan konflik romantis.
Kontradiksi membuat pembaca tetap ingin tahu. Misalnya, Tidak berani melawan ibunya, tapi galak sama mantan pacarnya
Kontradiksi ini sering dipakai sebagai mesin reveal—sesuatu yang kamu buka secara perlahan untuk efek dramatis. Salah satu tips yang paling sering Shirei paaki dari 5 Cara Bikin Tokoh Kompleks dengan Layering Karakter
Rencanakan 3 titik di novel di mana salah satu lapis terbuka:
Sketsa timelinenya agar layering karakter kita terjaga ritmenya. Tidak semua diungkap sekaligus.
Kita praktekkan dengan tokoh bernama Fathiya.
Dengan susunan ini, setiap aksi Fathiya punya alasan dan tiap alasan punya konsekuensi. Itulah inti layering karakter.
Kalau sudah, simpan. Nanti kita kembangkan jadi 3 titik reveal dalam outline.
Gunakan checklist ini setiap kali revisi:
Checklist ini memudahkan kamu memastikan layering karakter bukan sekadar ide bagus di kepala, tapi nyata di teks.
Layering karakter membuat tokohmu bukan sekadar mesin plot, tapi manusia penuh rasa. Pembaca yang peduli pada tokoh akan ikut resah, marah, dan lega saat tokoh berubah. Teknik ini mungkin butuh kerja lebih: riset kecil, reverse outline, dan ujian pembaca—tapi hasilnya adalah cerita yang menempel di ingatan.
Kalau kamu mau, minggu depan kita bisa bikin template layering karakter untuk dipakai di 5 tokoh sekaligus (protagonis, antagonis, sidekick, mentor, love interest). Drop komentar kalau mau aku buatkan template gratis, ya! [max tgl 15 agustus 25]
Kalau 5 Cara Bikin Tokoh Kompleks dengan Layering Karakter belum memuaskan, kamu bisa ikut mentoring premium MEMBUAT KARAKTER HIDUP. Kontak di nomor yang ada di atas, ya!
Waktu Terbaik Menulis: Eksperimen 7 Hari untuk Hasil Maksimal Mungkin hampir semua orang tahu mereka…
Temukan 5 ritual anti-prokrastinasi sebelum menulis yang jarang dibahas! Baca sekarang!
5 Filosofi Samurai untuk Mengatasi Burnout Dulu Shirei tipe yang nggak percaya adanya burnout. Shirei…
5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan Shirei entah kenapa justru sangat amat suka menulis…
7 Cara Mengoptimalkan Cuaca dalam Novel Cuaca bukan sekadar latar belakang. Ia bisa jadi unsur…
Menulis prolog kadang terasa menakutkan. Jangankan mulai menulis, baru mikir ‘enaknya pakai prolog atau tidak’…
This website uses cookies.