Tutorial

6 Cara Membangun Tokoh Anti-Hero yang Disukai Pembaca

Halo, teman-teman! Kali ini kita akan membahas topik yang sering bikin penulis pemula atau bahkan yang sudah lama berkecimpung di dunia kepenulisan, pusing sendiri. 

6 Cara Membangun Tokoh Anti-Hero yang Disukai Pembaca

Kita semua tahu kalau kadang karakter protagonis yang terlalu sempurna kadang terasa hambar dan susah benar-benar relate. Selain mencari kelemahan bagi protagonis, ada cara lain. Membuat tokoh anti-hero.

Kenapa tokoh anti-hero jadi alternatif yang menarik? 

Tokoh yang punya sisi gelap, moral ambigu, atau bahkan bisa jadi “penjahat” menurut standar umum, tapi tetap membuat pembaca merasa tertarik, peduli, atau bahkan mem­bela dia.

Dalam artikel ini, Shirei akan coba jelaskan, mulai dari definisi hingga cara praktis membangun anti-hero yang bikin pembaca “jatuh cinta” meski memahami sisi gelapnya. Kita juga akan mempelajari struktur karakter, konflik internal, keagresifan moral, serta contoh-contoh kecil yang bisa dipakai sebagai self reminder. Mumpung Shirei lagi menyusun 12 Tender Killers Final Arc, nih!

Yuk, kita mulai!

Apa Itu Anti-Hero?

Pertama-tama, kita harus memahami dulu apa sebenarnya “anti-hero.” Secara singkat, anti-hero adalah tokoh utama dalam sebuah cerita (atau karakter sentral) yang memiliki ciri-ciri berbeda dari pahlawan pada umumnya.

Mereka sering kali:

  1. Memiliki Kekurangan (Flaws) yang Jelas
    • Mungkin egois, sombong, atau punya trauma mendalam.
  2. Moralitas yang Ambigu
    • Cenderung melakukan tindakan yang bisa disebut “kurang etis,” misalnya menyakiti orang lain demi tujuan tertentu. Kalau di Tender Killers, para protag-nya rela membunuh penjahat yang tak tersentuh hukum
  3. Motivasi yang Kompleks
    • Bukan sekadar “menyelamatkan dunia,” tapi bisa juga “balas dendam” atau “melindungi diri sendiri.”
  4. Penafsiran Baik/Buruk yang Subjektif
    • Pembaca atau penonton kadang bingung: apakah ini jahat atau baik? Tergantung sudut pandang.

Jadi, anti-hero bukan sekadar “villain” (penjahat),  karena villain biasanya antagonis murni, jelek tanpa kompromi, dan penjahat itu sendiri. Anti-hero justru di satu sisi punya niat atau tujuan yang bisa dipahami (kadang bahkan terpuji), tetapi caranya dalam mencapai tujuan itu yang sering kontroversial. Pembaca pun dibuat bingung: “Should I cheer for them or hate them?”

Mengapa Pembaca Suka Anti-Hero?

Mungkin kita bertanya: “Kenapa kita tertarik sama tokoh yang moralnya abu-abu dan kadang bertindak salah?” Berikut beberapa poin yang bisa jadi alasan:

  1. Lebih Realistis dan Lebih Manusiawi
    Dibanding pahlawan sempurna, anti-hero cenderung memiliki konflik internal dan kelemahan yang mirip manusia nyata. Kita bisa relate ketika tokoh ini berjuang melawan godaan atau trauma.
    Reminder: Kita ingat bahwa pembaca kita juga butuh cermin realitas, bahwa manusia itu tidak selalu pahlawan sempurna.

  2. Drama dan Ketegangan yang Lebih Kuat
    Anti-hero sering menghadapi situasi di mana “tidak ada jalan yang benar-benar baik.” Pilihan sulit seperti “korbankan satu untuk selamatkan banyak orang” jadi sangat dramatis.
    Reminder: Shirei ingin membuat konflik yang memaksa pembaca tegang, tidak langsung “baik” vs “jahat.” Kayak Tender Killer… dia Killer, tp ‘Tender’.
  3. Keingintahuan Moral
    Pembaca suka menantang batas moral. Dengan anti-hero, mereka menanyakan: “Apakah saya mendukung tindakan yang salah demi kebaikan lebih besar?” Itu membuat pembaca terlibat secara emosional.
    Reminder: Jangan takut memainkan tombol moral pembaca—sesekali dorong mereka bertanya, “Sepakat nggak sih ini harus dilakukan?”
  4. Perasaan Kepuasan Ketika Melihat Perubahan Positif
    Melihat anti-hero tumbuh atau menebus kesalahan memberi kepuasan tersendiri. Kita suka melihat “orang yang sudah jauh dari kebaikan” perlahan memilih jalan benar.
    Reminder: Pastikan ada arc redemption (meski kecil), supaya pembaca merasakan empati saat tokoh mencoba berubah.
  5. Identifikasi dengan “Dosa” Karakter
    Kadang pembaca merasa terhubung karena mereka juga punya sisi gelap, kebiasaan buruk, atau masalah serupa. Melalui tokoh anti-hero, mereka bisa “beraksi” tanpa merasa terlalu “salah.”
    Reminder: Beri ruang untuk pembaca memahami sisi kelam mereka sambil menonton tokoh menembusnya.


Langkah-Langkah Praktis Membangun Anti-Hero

Setelah memahami komponen dasar, sekarang kita masuk pada langkah demi langkah yang bisa langsung dipraktekkan:

1. Tentukan Ciri Utama dan Flaw

  1. List Sifat Utama Tokoh
    • Mulailah dengan 3–5 kata kunci yang menggambarkan kepribadiannya:
      Contoh: keras kepala, sinis, dingin, protektif, impulsif.
  2. Tentukan Flaw yang Menonjol
    • Pilih satu flaw paling dominan yang akan muncul berulang kali dalam cerita:
      • Misalnya, si tokoh sangat takut dikhianati → setiap kali ada hal-hal mencurigakan, dia bertindak kekerasan.
    • Buat contoh kecil di pikiran kita:
      Reminder: Flaw ini yang akan bikin tokoh sering bikin kesalahan. Jangan lupa beri dampak personal. Kayak kecurigaannya bikin pernikahannya kandas padahal harusnya baik-baik saja.

2. Bangun Latar Belakang yang Menyentuh

  1. Kilas Balik yang Relevan
    • Tuliskan secarik catatan cerita masa lalu yang memicu flaw:
      Contoh: “Ketika remaja, keluarganya dihancurkan oleh geng kriminal dan dia kehilangan adik laki-laki tercinta.”
  2. Jangan Beri Semuanya Sekaligus
    • Sisipkan potongan kilas balik di adegan-adegan kunci:
      • Tiba-tiba dia teringat saat adiknya dipukuli sebelum melakukan tindakan balas dendam.
  3. Media Penyampaian
    • Bisa lewat dialog dengan sahabat lamanya, atau lewat narasi biasa.
  4. Jaga Ritme Cerita
    • Jangan sampai kembali ke masa lalu terlalu sering karena bisa bikin pembaca malah bosan. Satu kilas balik per bab atau situasi krusial sudah cukup.

Reminder: Kita perlu menyeimbangkan “apa yang terbuka” dengan “apa yang masih dimisterius.” Beri pembaca rasa penasaran untuk menebak.

3. Kembangkan Moral Ambigu dan Bukan Sekadar Jahat

  1. Jelaskan Tujuannya
    • Motivasi harus spesifik, bukan “ingin menjadi kaya” tanpa latar:
      Contoh: “Dia mau balas dendam pada geng yang membunuh keluarganya. Harga itu disebutkan di awal adalah nyawa adiknya.”
  2. Tunjukkan Konsekuensi
    • Saat si tokoh melakukan tindakan amoral (membunuh informan dengan kejam), tunjukkan dampak emosional di dalamnya:
      • Perasaannya: “Dia merasa sedikit puas, tapi ada kesedihan di mata yang menahan air mata.”
    • Bukan sekadar “dia main bunuh-bunuhan,” tapi juga “dia terluka secara batin.” Kayak Crying Free Man atau para Tender Killers yang mempertanyakan kehidupannya.
  3. Seimbangkan Kebaikan Kecil di Tengah Keburukan
    • Seperti, meski dia lenyapkan musuh satu per satu, di sela-sela ia memberi perlindungan ke satu anak yatim piatu.
    • Pembaca suka melihat secercah kebaikan, sehingga masih bisa “ngarep” dia berubah.

Reminder: Kita harus peka di setiap adegan abu-abu: apakah tindakan itu benar-benar diperlukan, atau hanya buat dramatisasi doang? Jangan glorifikasi kesalahan. Kita menulis juga jangan sampai menambah dosa jariyah. Tips ini yang paling shirei suka dari 6 Cara Membangun Tokoh Anti-Hero yang Disukai Pembaca.

4. Sisipkan Momen Kelemahan yang Emosional

  1. Kelemahan Emosional
    • Misalnya, adegan tokoh menangis diam-diam di kamar mandi karena teringat ibunya yang sekarat.
    • Atau ia menerima surat kabar lama yang ditulis adiknya, membuat ia merenung soal arti hidup.
  2. Kelemahan Fisik atau Psikologis
    • Dia bisa saja sedang sakit demam, tapi tetap paksakan diri untuk menyelamatkan teman.
    • Saat menangkap perampok, tiba-tiba flashback masa kecil muncul, PTSD misalnya trus hampir pingsan.
  3. Efek bagi Pembaca
    • Pembaca merasa terpukul dan mendadak simpati, “Wah, dia juga manusia rapuh.”
    • Buat pembaca ingin melindungi atau mendoakan kesehatannya.

Reminder: Momen kelemahan ini nggak harus terlalu lama, cukup selintas di satu atau dua kalimat yang tajam. Efeknya bisa luar biasa.

5. Susun Arc Perubahan (Redemption atau Scratch)

  1. Pilih Jenis Arc
    • Redemption Arc: Tokoh mulai menjadi gelap, tapi perlahan kembali ke cahaya (walau mungkin masih abu-abu).
    • Scratch Arc: Tokoh menukik lebih dalam ke kegelapan sampai akhir (bisa tragic ending). Shirei suka yang ini. wakakaka
  2. Titik Balik (Turning Point)
    • Tentukan satu momen kuat yang bikin tokoh memilih jalan baru.
      • Misalnya, saat ia nyaris membunuh teman masa kecil tapi ketahuan, trus misal ada scene kecil yang mengingatkan kebaikan temannya dulu kala.
  3. Jaga Konsistensi Perubahan
    • Jika ia ingin berubah, tunjukkan usaha kecil dan kegagalan di tengah jalan. Bukan tiba-tiba henshin jadi “baik sekali.”
  4. Akhir yang Ambigu atau Memuaskan?
    • Jika redemption, akhiri dengan “dia menatap batu nisan adiknya, mengikhlaskan segalanya.”
    • Jika scratch, akhiri saat ia lalu memburu musuh barunya yang super amat sangat kuat dibanding dirinya dengan ekspresi dingin pembaca tahu ini tidak akan berakhir bahagia.

Reminder: Tentukan arc ini sejak awal, agar setiap adegan bisa mendukung perkembangan karakter. Jangan sampai berubah drastis tanpa alasan kuat.

6. Perhatikan Dinamika Hubungan dengan Karakter Lain

  1. Mentor atau Figur Keluarga
    • Si tokoh mungkin pernah punya mentor yang menyerah padanya, ini bisa jadi bahan motivasi utama.
    • Ketika hubungan ini retak, tokoh semakin gelap.
  2. Antagonis (Rival) yang Membuatnya Berpikir Dua Kali
    • Rival punya kode etik sendiri, sehingga meski ia lawan, dia tidak sepenuhnya jahat.
    • Pertemuan dengan rival ini memaksa anti-hero mempertanyakan tindakannya.
  3. Pengorbanan atau Ketergantungan pada Karakter Lain
    • Mungkin ada sahabat tunanetra yang menjaga rahasia tokoh.
    • Kehilangan sahabat itu memicu guncangan moral besar.
  4. Romansa yang Tidak Biasa
    • Bisa ada cinta segitiga: tokoh tertarik pada orang baik, tetapi merasa tidak pantas.
    • Romansa ini jadi “cermin” di mana dia harus memilih antara “menjadi lebih baik” atau “menyerah pada kekejamannya.”

Reminder: Dalam membangun relasi, beri momen-momen kecil di mana anti-hero harus menimbang, contoh:  “Apakah langkah yang kupilih sudah tepat?”

Tips Menjaga Sympati Pembaca Terhadap Anti-Hero

Meskipun anti-hero punya sisi jahat atau moral abu-abu, kita tetap ingin pembaca merasa terpikat. Berikut beberapa tips praktis:

1. Jangan Berlebihan Memuji atau Menyalahkan

  • Explain, Don’t Excuse
    • Berilah konteks kenapa dia melakukan hal yang kontroversial, tapi jangan langsung bilang “dia baik kok.” Biarkan pembaca menilai.
  • Show, Don’t Tell
    • Daripada menulis “Dia baik hati meski banyak salah,” lebih baik tunjukkan adegan kecil di mana dia menyelamatkan kucing di jalan.

2. Beri Pembaca Ruang untuk Menghakimi Sendiri

  • Hindari Narator yang Melindungi Terlalu Kuat
    • Jika narator selalu membela tindakan anti-hero, pembaca malah merasa sedang “dipaksa” jatuh cinta.
    • Biarkan sudut pandang lain (karakter pendukung) mengomentari tindakan anti-hero,sementara narator tetap netral.
  • Buat Pertanyaan Moral
    • Lontarkan dialog seperti:
      “Kenapa harus begitu? Bukankah ada cara lain?”
      Jangan jawab semua; biarkan pembaca mempertanyakan dan berdiskusi sendiri.
  • Reminder: Kita harus memancing diskusi moral, bukan menyuapi pembaca sepanjang waktu

3. Gunakan Sudut Pandang yang Tepat

  • First-Person POV
    • Lebih mudah membuat pembaca merasakan pergumulan batin. Misalnya, kalimat:
      “Kenapa aku terus merasa bersalah, meski sudah membalas kekejaman mereka?”
    • Tapi hati-hati: first-person bisa juga terlalu subjektif. Kudu dipenuhi pertanyaan2 moral dari hati si HERO.
  • Third-Person Omniscient
    • Bisa menampilkan pikiran banyak karakter, tapi tetap jaga fokus pada perasaan anti-hero.
    • Efektif untuk memperlihatkan bagaimana tokoh lain memandang dia.
  • Third-Person Limited
    • Fokus hanya pada perspektif anti-hero, tapi narator bisa memberi insider context untuk pembaca.
  • Reminder: Biasanya third-person limited lebih fleksibel buat Shirei

4. Beri Momen Kecil untuk Pembaca Menyukai Dia

  • Adegan Kebaikan yang Tersembunyi
    • Contoh: dia diam-diam memberi makan tunawisma di malam hari.
    • Tidak perlu banyak dialog, sekadar deskripsi singkat cukup:
      “Meski wajahku keras dan tanganku dingin, selalu ada getaran hangat di dadaku saat melihat perut kosong terisi roti ini.”
  • Humor Gelap atau Sindiran Cerdas
    • Anti-hero yang menyindir situasi dengan “dark humor” bisa membuat pembaca tersenyum.
  • Reminder: Ingat, humor tidak harus lucu 100%, tetapi mesti membuat pembaca lega sedikit di tengah kesuraman cerita.

5. Hindari Klise Berlebihan

  • Jangan Buat Flawnya Terlalu Stereotip
    • “Semuanya gara-gara trauma masa kecil” boleh, tapi jangan semua karakter anti-hero harus punya trauma sama.
    • Bereksperimenlah dengan sifat lain: misalnya, dia terlahir malas, jadi kadang enggan menyelesaikan misi sampai terpaksa.
  • Hindari Kekuatan Super Tanpa Konflik Jelas
    • Jika dia kebal semua peluru, pembaca tidak merasa bahaya.
    • Beri batas:
      Kalau terlalu kuat, mudah kalahkan musuh, jadi ceritanya cepat basi.

Terakhir, Shirei mengingatkan diri sendiri dan kita pembaca: “Anti-hero yang baik bukan sekadar membuat pembaca suka karena lucu atau keren, tetapi membuat pembaca merasakan pergumulan batin tokoh itu, memahami motivasinya, dan terkadang jatuh hati pada kebaikan tersembunyi di balik kegelapan.”

Semoga artikel ini membantu teman-teman yang sedang kesulitan menciptakan karakter anti-hero. Ayo, ambil catatan reminder yang sudah Shirei susun, mulai tulis draft, dan susunlah karakter gelapmu menjadi tokoh yang memukau! Jangan lupa share cerita kalian di kolom komentar atau mention aku di media sosial. Shirei ingin lihat anti-hero keren buatan kalian!

Lihatlah Shirei cuma nulis plotting 12 Tender Killers Final Arc, bisa semeriah ini wakakakakak

Selamat menulis, dan sampai jumpa di artikel berikutnya!

With Love,
Shireishou

 

6 Cara Membangun Tokoh Anti-Hero yang Disukai Pembaca

Shireishou

Recent Posts

Kenapa Cerita Novel Hubungan Toxic Banyak Diminati?

Pernah nggak, kita sengaja mencari film, novel, atau drama dengan tema hubungan toxic meski tahu…

1 month ago

Ulang Tahun Wattpad Shireishou Kesepuluh

Masyaallah Tabarakallahu, nggak pernah menyangka, sudah sepuluh tahun Shirei ada di Wattpad. Bermula dari pemerintah…

3 months ago

5 Alasan Mengapa Pembaca Lebih Suka Langsung Disiksa

Bab yang paling sering Shirei revisi adalah bab pertama. Entah itu PROLOG atau BAB 1.…

4 months ago

3 Alasan Kenapa Novel Kita Gak Laku? Bukan Selalu Karena Jelek, lho!

Pernah nggak sih, kamu merasa novelmu sudah bagus, tapi kok sepi peminat? Atau mungkin, kamu…

4 months ago

6 Cara Membuat Latar dan Suasana dalam Novel

Dapat request dari teman di KLIP [Kelas Literasi Ibu Profesional]. Semoga bermanfaat, ya! Mendeskripsikan latar…

5 months ago

5 Mitos Membuat Novel yang Harus Dijauhi

Menulis novel kadang dianggap pekerjaan kreatif yang penuh aturan baku. Banyak penulis pemula terjebak dalam…

5 months ago

This website uses cookies.