Akan banyak perdebatan soal ‘Apa sih genre populer di Indonesia?’. Akan tetapi, sebenarnya kita bisa lihat walau tidak sampai melakukan penelitian secara serius.
Menulis buat pasar Indonesia punya nuansa tersendiri. Selera pembaca, tren bahasa, dan ekspektasi plot bisa berbeda dari pasar internasional. Bahkan antarplatform saja bisa beda selera. Dan era cerita tiap platform pun beda-beda per tahunnya. Ada yang sama terus-terusan, ada yang berbeda.
Karena, secara UMUM, genre paling populer di banyak platform adalah Romance dan Family Drama, Shirei mau fokus ke dua genre ini.
Bukan berarti genre lain tidak populer, ya…. Hanya saja, kita mau bahas dari yang paling populer dulu. Maybe next time kita akan bahas genre lain supaya adil. Kalau mau request, boleh komen, ya! ^^
Di posting ini Shirei rangkai teknik menulis genre populer di Indonesia (romance dan family drama) yang bisa langsung dipraktikkan, lengkap dengan contoh, checklist, dan rujukan untuk pembelajaran lanjut.
Pembaca lokal sering mencari hal yang relatable, emosional, dan gampang”dirasain” lewat tulisan. istilahnya, pembaca ingin merasa “gue banget” pas membaca sebuah cerita. Atau setidaknya merasa “Ini related banget” gitu.
Jadi, memahami 5 teknik menulis genre populer di Indonesia akan membantu naskah kita lebih cepat terhubung ke pembaca. Kalau pembaca udah bisa ‘nge feel’ sama apa yang kita tulis, maka akan lebih mudah nyantol di hati pembaca. Aamiin
Teknik menulis untuk genre populer di Indonesia sering menuntut pacing yang terasa “langsung kena”.
“Ah, novel banyak yang lambat kok intronya!”
Ya, dulu memang novel banyak yang slow pace dan masih banyak peminat. Namun, dengan semakin banyaknya konten-konten singkat, konten panjang dan slow pace makin kehilangan peminat. Ya, bukan hilang total, sih. Namun, jelas, sekarang semua menuntut ‘cepat’. Jujur, Shirei juga kangen novel-novel slow paced. Ahahah
Jadi, karena pembaca ingin konflik muncul cepat (hook di awal bab/halaman), tapi juga butuh jeda emosional supaya perasaan terbentuk.
Mulai dengan pertanyaan dramatis atau adegan konflik.
Gunakan bab pendek (800–1.200 kata) untuk menjaga ritme. Scroll terlalu panjang bikin nggak nyaman dan mudah lelah.
Sisipkan beat emosional. Satu adegan kecil untuk menumbuhkan empati sebelum ledakan konflik besar. Semacam masalah dikit-dikit selalu ada di tiap bab.
Dialog di pasar Indonesia bisa memakai kosakata sehari-hari, tetapi jangan lupa fungsinya yakni mengungkap karakter, memajukan plot, atau memecah ketegangan.
Hindari dialog yang hanya “mengisi” (small talk yang tidak bermakna).
Pakai subtext: apa yang dikatakan vs apa yang sebenarnya dirasakan.
Sertakan idiom lokal bila perlu, tapi jangan berlebihan sehingga pembaca luar kota bingung. Kemarin Shirei disuruh pakai footnote sama editor, padahal cuma kalimat “nggilani!”. Pakailah dengan mindful.
Pembaca lokal suka karakter yang punya kebiasaan, kesalahan, dan motivasi jelas. Teknik menulis untuk genre populer di Indonesia yang Shirei susund ari berbagai sumber menekankan:
Backstory singkat yang relevan (kenapa mereka takut, kenapa mereka bertahan, kenapa mereka marah, dll).
Kelemahan yang relatable (keuangan, keluarga, trauma kecil, dll).
Perubahan bertahap. Jangan tiba-tiba balik arah or berubah 180 derajat tanpa landasan emosional.
Romance ringan berbeda tone dengan dark romance. Teknik menulis untuk genre populer di Indonesia mengharuskan kita memilih pola diksi yang konsisten. Ini contoh yang Shirei amati selama ini, ya.
Romance light → hangat, sederhana, kalimat pendek.
Dark romance → lebih padat, kalimat kadang puitis, show-don’t-tell.
Family drama → penggunaan bahasa lugas & adegan penuh emosi jiwaaaaa.
Baca juga: Show, Don’t Tell — teknik praktis untuk menulis scene
Topik seperti masalah finansial, aib keluarga, dan pernikahan terpaksa sering “sell” di pasar lokal. Teknik menulis untuk genre populer di Indonesia menyarankan: gunakan konflik ini untuk memantik empati, bukan sekadar sensasi. Beri konsekuensi nyata dan biaya emosional untuk setiap pilihan karakter.
Ambil yang viral biasanya akan laris. Misal kalau ada kasus perselingkuhan apa, bisa dijadikan ilham. tentu saja harus diubah agar menjadi fiksi. Semoga bukan dihitung mengumbar aib orang lain oleh Allah SWT. Aamiin.
Kapan itu, Shirei juga pernah bikin checklist untuk revisi novel. Siapa tahu berguna.
Hook muncul dalam 1 bab pertama.
Tokoh utama punya tujuan jelas dan hambatan nyata.
Dialog mengandung subtext atau informasi baru.
Adegan penting menunjukkan, bukan menceritakan.
Ending tiap bab mendorong pembaca ingin lanjut (mini-cliffhanger).
Inti dari 5 teknik menulis genre populer di Indonesia adalah: kenali pembacamu, jaga ritme emosional, dan buat karakter yang terasa hidup. Terapkan struktur sederhana: Hook → Konflik → Beat Emosional → Konsekuensi. Latihan konsisten akan membuat teknik ini jadi refleks, bukan kerja berat.
Menurut teman-teman, paling susah yang mana?
Bolehkah Melanggar EYD demi Seni? Halo, teman-teman! Pernahkah kamu membaca sebuah puisi atau cerpen yang…
Modus Penipuan Penjualan Buku Preloved Akhir-akhir ini, Shirei lihat banyak banget korban penipuan buku…
Reading for Healing: Cara Membaca Untuk Terapi Antistres. Shirei akan bahas lengkap di artikel ini
5 Strategi Mengatasi Imposter Syndrome Hai! Coba jujur sama diri sendiri: Pernahkah kamu merasa, "Kok…
5 Strategi Menulis Review Buku di Instagram & TikTok yang Bikin Follower Kepo Halo,…
This website uses cookies.