TES HEADER BELOW HEADER

asdasdasdasd below header

Tutorial

5 Filosofi Samurai untuk Mengatasi Burnout

5 Filosofi Samurai untuk Mengatasi Burnout

Dulu Shirei tipe yang nggak percaya adanya burnout. Shirei pikir, itu cuma sekadar kelelahan dalam menulis. Namun, ternyata, selain kelelahan, ada hal lain yang bikin kita terantai dengan rasa enggan dan stres dalam menulis. Jadi, sekarang Shirei percaya kalau burnout itu tidak hanya disebabkan oleh kelelahan, tapi juga stres.

Kadang kita merasa seperti pedang tajam yang terus diasah tanpa jeda, akhirnya aus dan patah. Nah, Shirei belakangan lagi nyelametin diri dari burnout dengan belajar sedikit dari filosofi samurai—pejuang yang terkenal disiplin, fokus, dan tenang walau sedang di medan perang. Semua gara-gara korban reels influencer yang sering lewat di FB ngejelasin soal sejarah Jepang dengan cara yang unik.

Yuk, kita terapkan tips produktivitas mereka supaya kita bisa kembali “tajam” dan penuh energi!

5 Filosofi Samurai untuk Mengatasi Burnout

Ada buanyak filosofi samurai. Shirei cuma ambil sedikit yang kira-kira cocok buat kepenulisan. Kalau ada salah, tolong dikoreksi, ya

Kaizen—Perbaikan Kecil Tiap Hari

The Japanese word kaizen means improvement’ or ‘change for better’ (from 改 kai – change, revision; and 善 zen – virtue, goodness) without the inherent meaning of either ‘continuous’ or ‘philosophy’ in Japanese dictionaries or in everyday use. [wikipedia]

Samurai percaya pada kaizen, gerakan perbaikan berkelanjutan. Bukan perubahan besar semalam, tapi langkah kecil setiap hari. Saat burnout, kita sering merasa harus lompat jauh biar cepat pulih. Padahal, yang dibutuhkan justru:

  1. Kegiatan Super Mini: Misal menulis 50 kata, bukan bab penuh.

  2. Waktu Pasti: Tentukan 10 menit pagi khusus “me-time” atau “brain dump”.

  3. Refleksi Singkat: Catat satu hal yang sudah berjalan baik hari ini. Kadang kita terlalu fokus pada hal buruk. padahal nulis satu paragraf, atau ada ide meski tak tertulis juga sudah kemajuan, kan?

Dengan kaizen, kita mengumpulkan jejak pencapaian kecil dan percaya kalau itu amat berharga untuk kembali semangat.

Zanshin—Kesiapan tanpa Lengah

Zanshin (残心) is a Japanese term meaning “remaining mind” or “the mind with no remainder.” In martial arts, it refers to a state of continued awareness and alertness, even after a technique is executed. It’s a state of mental and physical readiness, implying a vigilant observation of one’s surroundings and a preparedness to react to any potential threat or continuation of action. 

Kadang, yang bikin burnout adalah kita tidak tahu mau ngapain setelah menyelesaikan satu task. Pikiran ke mana-mana dan malah menyelesaikan sesuatu yang tak seharusnya dikerjakan. Dengan kesiapan tanpa merasa lengah dan distraksi, kita bisa meminimalisir burnout akibat kebingungan dan stres nggak tahu harus bagaimana.

  • Setelah Selesaikan Tugas: Tarik napas, tanyakan, “Apa selanjutnya?”

  • Jeda Aktif: Buat jeda 5-10 menit untuk stretching atau tarik napas dalam setiap 20 menit [pomodoro].

  • Touch the Grass: Jangan ngadep gawai terus. Sekali-kali ke luar. Bersatu dengan alam. Nyeker di rumput…. asal ga ada pup [plak]

Dengan zanshin, kita menjaga kewaspadaan tanpa terjebak stres berlebih. Rutinitas kecil ini bikin kita tetap “hadir” dan tidak mudah burnout.

Mushin—Pikiran Tanpa Gangguan

Mushin (無心), a Japanese term, translates to “no-mind” or “mind without mind”It describes a state of mind where one is free from thoughts of ego, fear, or hesitation, allowing for spontaneous and uninhibited action. 

Mushin bukan blank total, melainkan bebas dari gangguan emosi. Saat kerja, terutama saat burnout, pikiran sering melantur: “Naskah belum selesai,” “Deadline dekat.” Pikiran-pikiran yang sebenernya nggak perlu-perlu banget ada.

  • Single-Tasking: Fokus satu pekerjaan, misal menulis, tanpa buka medsos.

  • Batasi Distraksi: Matikan notifikasi 30 mnt saat sesi fokus.

  • Latihan Pernapasan: Napas 4-7-8 untuk hilangkan pikiran berlebih. Shirei baru belajar ini dan efektif banget. Yang salat, bener2 fokus pada setiap gerakan salat dan bacaannya juga bikin kalem.

Ketika kita mencapai mushin, produktivitas kita meningkat, karena otak terlatih fokus, bukan terganggu beban emosi.

Jisei—Refleksi & Siaga Diri

The term “jisei” (辞世) refers to a Japanese death poem, traditionally composed by individuals facing their final moments. It’s a form of poetry that expresses the thoughts and emotions of someone on the verge of death, often reflecting on life, mortality, and the afterlife. 

Filosofi ini menanamkan kesadaran bahwa waktu kita terbatas fokus pada hal terbaik hari ini untuk mempersiapkan masa depan. 

  1. Journal Harian: Tulis 3 hal yang syukuri & 1 hal yang perlu diperbaiki. Jurnal harian bagi sebagian orang mungkin disangka buang-buang waktu. Namun, nggak perlu yang fancy. Cukup tulis 3 hal hari ini dan 1 yg diperbaiki. Jadinya lebih tenang. Bisa juga menulis surat untuk masa depan yang kita buka sekian bulan or tahun kemudian.

  2. Prioritaskan Yang Penting: Buang tugas yang hanya “tersier”, tapi nggak ngasih efek banyak

  3. Batas Waktu Pribadi: Misal kerja maksimal 4 jam nonstop, lalu berhenti total. Penulis juga butuh istirahat. Bukan berarti harus nulis 22 jam non stop, walaupun demi daily target.

Dengan jisei, kita lebih menghargai waktu dan tidak terjebak kerja tanpa henti saat burnout melanda.

Bushido—Kode Kehormatan & Disiplin Sejati

Bushido, meaning “Way of the Warrior,” is a code of ethics and conduct associated with the samurai, the military nobility of feudal Japan. These 7 rules were Righteousness, Loyalty, Honor, Respect, Honesty, Courage, and Consistency

  • Keberanian Mengatakan “Tidak”: Tolak tugas tambahan saat energi menipis.

  • Hormat pada Diri Sendiri: Istirahat tepat waktu, makan bergizi, tidur cukup. Bersyukur pada Allah SWT adalah dengan menjaga kesehatan badan.

  • Kejujuran terhadap Proses: Jangan silau dengan pencapaian orang hingga kita jadi ikut berbohong soal pencapaian menulis kita di media sosial. Itu akan nambah beban ke diri sendiri.

  • Pengendalian Diri: Atur jadwal pomodoro & patuhi batasnya.

Dengan menerapkan Bushido modern, kita membangun disiplin sejati. Bukan memaksa diri, tapi menghormati kebutuhan fisik dan mental.

———

Samurai bukan hanya pejuang bersenjata. Mereka ahli mengendalikan pikiran, emosi, dan waktu. Saat burnout menyerang, kita butuh cara untuk mengatasinya. 

Ini sekelumit rangkuman dari beberapa reels yang Shirei tonton untuk5 Filosofi Samurai untuk Mengatasi Burnout . Silakan kalau ada yang mau ditanya. Silakan drop komen aja.

Atau kamu bisa baca lebih lanjut Tip merancang planner untuk penulis

Shireishou

Recent Posts

5 Cara Jitu Anti-Prokrastinasi Sebelum Menulis

Temukan 5 ritual anti-prokrastinasi sebelum menulis yang jarang dibahas! Baca sekarang!

3 days ago

5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan

5 Cara Menulis Adegan Tarung Termasuk Keroyokan Shirei entah kenapa justru sangat amat suka menulis…

2 weeks ago

7 Cara Mengoptimalkan Cuaca dalam Novel

7 Cara Mengoptimalkan Cuaca dalam Novel Cuaca bukan sekadar latar belakang. Ia bisa jadi unsur…

3 weeks ago

7 Cara Membuat Prolog Novel Memikat

Menulis prolog kadang terasa menakutkan.  Jangankan mulai menulis, baru mikir ‘enaknya pakai prolog atau tidak’…

1 month ago

6 Cara Membangun Tokoh Anti-Hero yang Disukai Pembaca

Halo, teman-teman! Kali ini kita akan membahas topik yang sering bikin penulis pemula atau bahkan…

2 months ago

Kenapa Cerita Novel Hubungan Toxic Banyak Diminati?

Pernah nggak, kita sengaja mencari film, novel, atau drama dengan tema hubungan toxic meski tahu…

3 months ago

This website uses cookies.